40

2.3K 289 12
                                    

Jennie's Pov

Aku memikirkan ini ketika sedang menonton Lisa memasukkan semua barang-barangnya ke dalam sebuah koper ; Seperti apa Lisa dulu? Sebelum semua rasa sakit yang bersarang di hatinya? Sebelum mengenalku? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku, membuatku semakin penasaran. Lisa tidak selalu sedih dan kesepian seperti ini, untuk beberapa alasan aku percaya itu. Aku yakin bahwa sebelum hidupnya hancur, dia pernah bahagia. Sebab sesekali, Lisa yang jahil dan suka menggoda akan muncul dan kurasa lebih cocok dengan segala hal tentang dirinya.  Jika aku benar, persetan dengan orang-orang yang merenggut senyumnya dan kebahagiaannya. Kejam sekali mereka yang telah membuat Lisa kehilangan dirinya sendiri sehingga terjebak dalam lubang hitam ini. 

Bisakah dia bahagia lagi? Aku berharap, aku benar-benar berharap diriku bisa mengembalikan kebahagiaannya jika tidak ada satu orangpun yang bersedia. 

"Kurasa hanya ini yang aku butuhkan." Lisa mengejutkanku, dia sedang menatap koper kecilnya yang tergeletak di lantai.

Kami sedang berada di apartemennya, untuk mengambil beberapa pakaian dan kebutuhan Lisa. Dia akan tinggal di rumahku untuk sementara waktu, sampai dia benar-benar bisa menghadapi keluarganya. Karena jika aku meninggalkannya di sini sendirian, aku takut dia akan kambuh tanpa ada siapapun di sisinya. Aku tidak ingin kejadian malam itu terulang kembali, aku tak ingin orang-orang berengsek itu datang dan mengacaukan Lisa lagi.

"Kau yakin? Apa tidak sebaiknya memeriksa dulu, siapa yang tahu ada yang tertinggal."

Lisa menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sudah memeriksanya dua kali. Kita harus pergi sekarang, mungkin Chaeyoung sudah pulang."

"Biarkan saja. Dia tidak akan bisa masuk ke dalam rumah sampai kita tiba di sana, dan itu hukumannya." Jawabku, aku masih kesal karena gadis itu tiba-tiba menghilang.

Sambil tertawa, Lisa mengangkat kopernya dan mengulurkan tangannya padaku. "Ayo. Aku merasa tidak enak pada Dara."

Kami memang dijemput oleh Dara unnie ke rumah sakit tadi, aku menghubunginya dan memohon padanya karena aku tidak punya uang untuk naik taksi, dan aku tidak ingin merepotkan Lisa, selain itu aku yakin dia juga tidak punya uang, karena dia melemparkan kartu debitnya pada ibunya tadi di Rumah Sakit.

Aku mengangguk, menerima tangannya yang terulur dan mengikutinya keluar dari unitnya. Kami menggunakan lift untuk turun ke lobi. Sesampainya di pintu keluar, mobil Dara unnie tampak sudah keluar dari tempat parkir dan mendekat ke arah kami.

"Maaf lama sekali, unnie." Kataku pada Dara unnie setelah kami masuk ke mobil.

"Ya. Apa aku supir pribadimu? Kenapa kalian berdua duduk di belakang?!" protes Dara unnie.

Aku terkekeh, merapatkan tubuhku lebih dekat pada Lisa dan sengaja bersandar di bahunya untuk menggoda Dara unnie. "Cepatlah, Nona supir. Kekasihku sangat lelah dan butuh istirahat." kataku.

"Kekasihmu? Sejak kapan aku menjadi kekasihmu?" Lisa bertanya. Aku tahu dia menggodaku.

Aku menatapnya tak percaya, lalu mencubit lengannya dengan keras hingga dia mengerang kesakitan. "Jangan hancurkan fantasiku!"

Tawa Lisa memenuhi mobil Sandara unnie yang baru saja berbelok di perempatan, untuk kemudian melintasi jalanan Seoul agar segera sampai ke tempat dimana aku akan membuat Lisa merasa nyaman berada disana. Tempat yang kuharap tidak akan membuat Lisa sakit lagi, dunia baru yang semoga saja bisa membuatnya terus tertawa seperti ini.












****

Lisa's Pov

Aku tidak tahu perasaan seperti apa yang seharusnya kurasakan atas berita yang disampaikan oleh Dokter Kwon sebelumnya. Aku terkejut, tentu saja, tetapi hanya itu. Aku tidak merasa sedih, marah, atau kecewa, atau emosi apa pun kecuali rasa takut.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now