5

3.9K 515 35
                                    

Sejak pertamakali bertemu dengan Lisa, Jennie selalu bingung akan bagaimana seharusnya bersikap atau berbicara dengan gadis yang lebih muda darinya itu. Sorot mata Lisa terlalu dingin seakan menyimpan banyak hal dan tidak membiarkan satu orangpun menyelam terlalu dalam kesana, namun kadang-kadang tatapan matanya berubah-ubah dan membingungkan. Gaya bicara Lisa yang sarat akan ketidakpedulian terhadap sekitar selain dirinya sendiri membuat Jennie penasaran akan kehidupan Lisa, hanya saja tidak ada alasan untuk mencaritahu atau mengetahui lebih banyak. 

Namun hari ini penilaian yang terlalu buru-buru itu terpatahkan saat Lisa tiba-tiba saja datang ketika Jennie benar-benar sedang membutuhkan seseorang. Tidak ia pungkiri sediktipun bahwa ia terkesima dengan bagaimana Lisa menariknya dan berdiri tegap didepannya untuk melindungi Jennie dari dua pria brengsek itu serta bagaimana Lisa menawarkan agar mereka bertukar pakaian saja, terlepas apapun alasannya. Pada moment ini Jennie menyadari bahwa meskipun dingin, Lisa masih tetap seorang manusia. 

"Unnie! Bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi? Kenapa dia mengenakan pakaianmu?" Chaeyoung kembali mengulang pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Ia benar-benar kaget saat berpapasan dengan Lisa di pintu masuk, namun lebih terkejut lagi saat menyadari Lisa mengenakan pakaian yang sama dengan dikenakan Jennie pagi ini, Chaeyoung tahu betul bahwa itu benar-benar pakaian Jennie bukan hanya sekedar serupa.

"Chaeyoung-ah.. sudah kubilang dia hanya membantuku karena pakaianku kotor saat terjatuh. Aku tidak punya pilihan lain selain mengiyakan, tidak mungkin aku melayani pengunjung dengan tampilan acak-acakan bukan?" Jawab Jennie, ia benar-benar kesal karena adiknya tidak mau percaya meskipun sudah dijelaskan berulang kali. 

Chaeyoung menghadang Jennie yang hendak kembali ke dapur, ia masih bersikukuh dengan dugaan-dugaan yang muncul dikepalanya. "Unnie, jangan mencoba membohongiku!" Rengeknya.

Sepasang mata Chaeyoung menatap Jennie dengan tajam seakan mencari-cari kejujuran dari sana, namun Jennie masih sama seperti beberapa menit yang lalu, tidak menunjukkan tanda-tanda kegugupan. Chaeyoung lupa bahwa Jennie sungguh pandai dalam menyembunyikan perasaannya, jelas saja raut wajahnya tidak akan berubah sekalipun dugaan Chaeyoung benar adanya. Merasa frustasi, bahu Chaeyoung turun dengan lemas bersamaan dengan hembusan nafas pasrah, tidak ada pilihan selain mempercayai kebohongan Jennie. 

Dentingan bel di depan pintu masuk memecahkan keheningan diantara mereka, Lisa kembali muncul dari sana usai menghisap sebatang rokok. Ia mematung begitu melihat Jennie maupun Chaeyoung sedang menatapnya dengan sorot mata berbeda. Chaeyoung dengan pancaran kekesalan, sementara Jennie, matanya sulit untuk diartikan. 

"Apa?" Lisa mengangkat sebelah alisnya saat Chaeyoung menghampirinya seperti banteng yang sedang mengamuk. 

Chaeyoung berhenti didepan Lisa kemudian mengulurkan telunjuknya tepat didepan wajah Lisa. "Kau! Apa yang kau lakukan disini, huh? Kau melakukan sesuatu pada Jennie unnie?!" Bentaknya.

"Kau ini bicara apa?" Lisa memalingkan wajahnya, "Apakah ada larangan untukku datang kemari? Bukankah ini tempat yang bisa didatangi semua orang?" Lanjutnya.

"Ya! Lalisa! Jika kau melakukan sesuatu--"

"Ck, aku datang kemari untuk makan siang, sebagai pengunjung, tahu?" Sela Lisa, merasa jengkel karena dituduh tanpa sebab. Ia kemudian menatap Jennie yang hanya diam saja sejak tadi tanpa berniat membantu meluruskan kesalahpahaman ini.

Chaeyoung melepaskan tawa yang terdengar tidak tulus. "Tentu saja kau tidak boleh datang kesini, kau tahu kenapa? Pertama karena aku muak melihatmu dan kedua karena aku membencimu! Kau membuatku gagal mendapatkan apa yang kuinginkan!" Bentaknya.

"Jika kau berbicara soal kesepakatan beasiswamu dengan profesor Jung, maka seharusnya sejak awal kau harusnya sadar bahwa kau hanya orang bodoh yang mudah termakan kata-kata orang lain." Ucap Lisa datar.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now