45

2.2K 235 11
                                    

"Menurutmu, apakah orang-orang itu hanya usil?"

"Tidak. Tindakan mereka terlalu serius untuk di kategorikan sebagai keusilan semata."

"Kau yakin, pria-pria tadi pelakunya?"

"Ya. Seratus persen. Mereka asing, tidak pernah kelihatan di lingkungan ini. Aku yakin mereka juga mengatakan hal yang sama kepada para wanita pegawai kantor pajak tadi."

Tangan Chaeyoung berhenti dari mencuci piring-piring kotor di wastafel, dia menoleh untuk saling tatap dengan Lisa di sampingnya. Gurat kekhawatiran terlihat jelas melalui sorot mata dan wajahnya yang meringis. Dia menggigit bibir seraya melirik ke arah Jennie yang tampak masih mengobrol dengan pasangan orang tua tadi di depan pintu, mereka sudah selesai makan dan berbincang-bincang, Jennie sedang menemani mereka yang sudah hendak pulang.

"Tapi kenapa? Aku dan Jennie unnie rasa-rasanya tidak pernah membuat seseorang marah sampai-sampai tega menyabotase bisnis kecil kami. Kecuali penagih hutang yang waktu itu, kami benar-benar tidak pernah berhubungan buruk dengan siapapun.

"Kita tidak pernah tahu. Mereka bisa saja suruhan para debt collector yang dendam, atau suruhan orang lain," Lisa menjeda sejenak, berpikir. "Apakah kalian memiliki keluarga lain?" ia bertanya.

Chaeyoung mengangguk. "Ya, ada. Tapi sudah lama sekali kami memutus hubungan dengan mereka, entah itu keluarga dari Jennie unnie, atau keluargaku. Dan lagi, mereka sebelum-sebelumnya tidak pernah peduli dengan kami atau restoran ini, paman dan bibi dari Jennie unnie bahkan pernah terang-terangan mengatakan bahwa restoran ini tak ada nilainya, itulah mengapa mereka tak ada yang mau menampung kami, karena orang tua kami tidak meninggalkan apapun yang berharga selain restoran. Jadi, menurutku bukan mereka dalangnya."

Helaan napas Lisa setelahnya terdengar agak berat. Apa yang di katakan oleh pasangan tua tadi benar-benar memecah seluruh konsentrasinya hingga satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan hanya soal itu. Dua orang laki-laki yang tadi dilihatnya di depan studio foto, Lisa yakin bahwa mereka adalah penyebar berita tentang sengketa restoran ini, gelagat mereka memang mencurigakan. Lisa juga sampai pada kesimpulan, bahwa mungkin alasan mengapa Avonty restoran sepi pengunjung akhir-akhir ini, itu semua karena ulah mereka.

Pertanyaannya; kenapa?

"Aku akan mencari tahu. Kuharap, masalah ini tidak terlalu serius." Ucap Lisa, berusaha mengingat-ingat wajah itu. Mereka asing, tapi ia yakin dirinya pernah melihat mereka sebelumnya.

Chaeyoung mengangguk,kemudian mendekat dan sedikit menarik lengan Lisa. "Ya, kau bisa rahasiakan ini dari Jennie unnie? Maksudku, sebaiknya kita bersikap biasa saja di depannya. Aku tidak ingin membuat dia kesulitan lagi karena memikirkan ini. Jika dia bertanya, katakan saja tidak perlu khawatir. Mengerti?"

Alis Lisa terangkat. "Kau bodoh atau apa? Jennie tidak suka dibohongi."

"Ck, aku tahu! Maksudku, untuk sementara, sampai kita menemukan siapa pelakunya dan apa motif orang itu!"

Setelah mengatakan itu dan sedikit menampar lengan Lisa, Chaeyoung kembali melanjutkan aktivitasnya mencuci piring, sebab ekor matanya menangkap bayangan seseorang mendekat, sudah pasti itu Jennie. Mereka berdua langsung terdiam begitu suara langkah Jennie kian terdengar, bersikap seolah tidak ada apa-apa.

"Mereka sudah pergi. Aku bersikeras agar mereka tak usah membayar, tapi Paman Gook Hwan tidak mau." Jennie terkekeh, mengingat bahwa si laki-laki tua memang selalu seperti itu sejak dulu, tidak mau merepotkan dan berhutang budi.

Lisa tersenyum menanggapi. "Pertemuan yang mengesankan?"

"Sangat mengesankan!" Jennie antusias, namun hanya dalam hitungan detik senyuman itu memudar. "Tapi, sepertinya mereka adalah pengunjung pertama sekaligus terakhir kita untuk hari ini."

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now