56

2.8K 193 22
                                    

"Aku sudah tahu."

"Apa maksudmu?"

"Saat di sana, aku mengetahui faktas kalau ternyata profesorku punya daftar mahasiswa yang menggunakan obat itu. Dan, nama Lisa ada di dalamnya," Chaeyoung menghela napas. "Awalnya, kupikir aku hanya salah lihat, tapi setelah memeriksanya lagi, itu benar nama Lisa. Aku bertanya kepada profesorku dari mana dia mendapatkan daftar itu, dan dia mengatakan dari salah satu mahasiswa bernama Park Jong Gun yang tertangkap. Rupanya dialah yang memperkenalkan Lisa kepada pengedar narkoba dan pernah menemaninya transaksi beberapa kali."

Sebenarnya Chaeyoung tidak ingin memberi tahu Jennie atau siapa pun dalam waktu dekat, dia berencana untuk mencari tahu lebih lanjut ketika kembali ke rumah. Namun dia terkejut karena tiba-tiba suasana rumah mereka sangat mencekam, kemudian ia melihat Jennie terisak-isak dan Jisoo menjelaskan alasannya. Rupanya mereka sudah tahu.

Jennie terlihat sangat terpukul. Ia tidak pernah mendengar saudarinya menangis begitu pilu lagi setelah kematian orang tua mereka. Dan fakta bahwa Lisa melarikan diri setelah ketahuan membuat Chaeyoung marah setengah mati. Ia ingin menghancurkan wanita yang telah ia percayai untuk berada di sisi Jennie itu.

"Aku akan menyuruh Hae In untuk mencarinya." Kata Jisoo.

Mata Chaeyoung langsung berkilat marah padanya. "Mencari dia? Untuk apa? Biarkan saja dia. Seorang pengguna narkoba seharusnya tidak ada hubungannya dengan kita." Suaranya dingin.

Jisoo melirik Jennie sekilas. Ia tidak tahu apa yang diinginkan wanita ini, tapi bukankah lebih baik jika Lisa menjelaskannya? Entah bagaimana, terlepas dari kemarahannya, dia ingin memberi Lisa kesempatan untuk menjelaskan.

"Kita belum mendengar apapun darinya, Chaeyoung," dia menghembuskan napas. "Untuk saat ini, kita harus mencarinya. Bukankah dia punya kondisi? Berbahaya jika dia sendirian."

Tentang penyakit Lisa, Jisoo telah mendengar dari Jennie ketika wanita itu memohon padanya agar mencari kekasihnya karena takut terjadi sesuatu. Mungkin itu juga alasan mengapa Jisoo ingin membiarkan Lisa setidaknya menjelaskan, karena ia tahu betul apa yang ada di pikiran seseorang yang mengidap gangguan depresi ganda, dia tahu betul apa yang mungkin akan dilakukan Lisa saat merasa tersudut seperti ini. 

"Unnie, sudahlah. Dia memutuskan untuk pergi, berarti dia bukan bagian dari kita lagi."

Rahang Jisoo mengeras. "Kau tidak bisa melunak sedikit, ya? Bagaimana jika dia melakukan sesuatu, tidakkah kita akan merasa bersalah? Aku tahu kau marah karena dia pengguna narkoba, tapi tidak bisakah kau memberinya kesempatan?" Dia kesal.

"Kesempatan apa? Dia seorang penipu. Datang ke dalam hidup kita dan bertingkah seperti orang yang baik, tapi penuh dengan kebohongan. Yang terburuk, dia membuat Jennie unnie jadi seperti ini. Jadi kesempatan apa yang harus kita berikan padanya?! Ak--"

"Chaeyoung..." Suara gemetar Jennie memotong kalimatnya. Mereka berdua berbalik, menatap Jennie yang matanya sudah bengkak dan penampilannya acak-acakan. "Kumohon cari Lisa. Bawa dia kemari dulu tanpa memikirkan hal lain. Kumohon."

Keputusasaan dalam nada suara Jennie membuat Chaeyoung geram,  ia tidak bisa memahami apa yang dipikirkan kakaknya. Mengapa mereka berdua masih mengkhawatirkan seorang penipu seperti Lisa? Seorang pengguna narkoba yang tidak pantas mendapatkan cinta kakaknya, yang tidak pantas mendapatkan apa pun. Bagi Chaeyoung, pemabuk, pengguna narkoba, adalah sampah dalam kehidupan ini. Mereka dapat membunuh, seperti pria yang mengemudi dalam keadaan mabuk dan membunuh orang tuanya beberapa tahun yang lalu. Mereka dapat mengambil seseorang yang berharga bagi orang lain, hanya karena alasan sedang tidak sadar, itu menjijikkan dan memuakkan.

Maka dia harus menekankan bahwa orang-orang seperti itu tidak boleh berada di sekitar keluarganya.

"Unnie... kau," Dia menghela napas dalam-dalam. "Kau tidak boleh berhubungan dengannya lagi, tidak...kau bahkan tidak boleh memikirkannya. Apapun yang terjadi padanya di luar sana bukanlah urusan kita. Sadarlah, dia bisa menghancurkan hidupmu jika kau membiarkannya kembali ke sini." Tegasnya.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now