8

3.3K 465 9
                                    


Jennie's Pov

Nafasku tercekat, tangan dan kakiku mendadak terasa membeku padahal udara malam ini cukup panas. Lalisa Manoban, gadis yang baru saja membuat jantungku berhenti berdetak seketika, dia mengatakan itu tanpa ada sedikitpun beban terlihat di matanya. Aku tahu, sejak awal aku sudah tahu bahwa dia jatuh hati kepadaku, namun aku tak menyangka bahwa Lisa akan memberitahuku secepat ini.

Kukira akan ada berbagai keraguan didalam diri Lisa untuk menyadari atau menyuarakan perasaannya, kukira dia memiliki banyak pertimbangan dan memutuskan untuk mengenalku lebih dekat sebelum mengakui perasaannya, dan ternyata aku salah. Aku tidak mengerti kenapa Lisa tiba-tiba menyerangku di saat aku bahkan belum mempersiapkan diri jika dihadapkan dengan situasi ini, tetapi disatu sisi aku ingin sekali menari dan meneriakkan rasa bahagiaku pada dunia.

"Kau tidak nyaman?" Lisa menatapku, namun tak satupun kata-kata berhasil terucap dari bibirku. Dia tersenyum tipis lalu memandang ke segala arah. "Kurasa sebaiknya aku pergi saja." sambungnya.

"Tunggu! Kenapa tidak mampir dulu saja? Kau bahkan belum makan apapun." ucapku, aku mendengar bagaimana suaraku bergetar karena gugup, kurasa Lisa juga menyadarinya.

Mata kami bertemu sesaat, Lisa tampak ragu namun aku menganggukkan kepalaku sebagai isyarat untuk menyuruhnya mengikutiku. Kepalaku berputar-putar, aku bahkan tidak tahu apa yang akan kulakukan setelah meminta Lisa untuk tetap disini, aku hanya mengatakan itu agar bisa berbicara lebih lama dengannya, agar aku bisa lebih lama menatap wajah canggung yang menggemaskan itu.

"Jennie-ssi.." Dia memanggilku. "Jika kau tidak nyaman, sebaiknya katakan saja agar aku tidak terlihat bodoh." sambungnya.

Aku menghentikan langkahku kemudian berbalik menatapnya, keningku bertaut dengan sendirinya bersamaan dengan rasa bingung. "Kenapa kau terus mengatakan itu, Lisa-ssi?" balasku.

"Entahlah, rasanya aneh sekali. Kau tidak menanggapi apa yang kukatakan, kau tidak mengatakan apapun dan itu membuatku merasa aku hanya bicara pada diriku sendiri." ucapnya.

Aku memperhatikan wajahnya, dia tampak kecewa pada satu hal. Entah dia tak mampu menyembunyikan kekecewaan itu atau memang dia sengaja untuk tidak menyembunyikannya.

Aku menghela nafas dalam-dalam, berusaha terlihat tenang. "Pengakuan cinta bukan sesuatu yang bisa kau katakan begitu saja tepat setelah mengantarkan gadis yang kau sukai, setidaknya bagiku. Aku perlu mendengar semua yang ingin kudengar sebelum memberikan tanggapanku, aku tak bisa mengatakan apapun saat ini karena jujur saja aku terkejut setengah mati dengan pengakuanmu, Lisa-ssi. Jadi, jika kau ingin aku memberikan tanggapan seperti apa yang kau inginkan, maka duduklah dan ungkapkan semuanya kepadaku." ucapku.

Lisa menatapku tanpa berkedip, kemudian mengangguk dengan polosnya. Tubuhku langsung menegang seketika bersamaan dengan rasa geli di perutku, aku tidak bisa menahan perasaan yang entah apa namanya ini. Aku ingin tertawa, berteriak, melompat-lompat, aku bahkan tidak tahu harus melakukan yang mana lebih dulu sebab semua emosi bercampur menjadi satu dan saling berlomba untuk mencapai otakku. Lalisa membuatku menggila hanya dengan sebuah pengakuan, habislah aku jika apa yang Dara unnie katakan itu memang benar, bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama.

"Tapi.. sejujurnya aku tidak mengharapkan tanggapan apapun Jennie-ssi. Setidaknya katakan sesuatu agar aku tahu harus melakukan apa." Lisa kembali membuatku berhenti berjalan.

Aku memutar mata dengan jengkel. "Tetap saja, aku perlu mendengar semuanya. Tentang kapan, dimana, bagaimana dan kenapa kau menyukaiku." ucapku, selagi mengangkat satu botol air mineral dan meraih dua buah gelas kecil untuk kemudian membawanya ke meja dimana Lisa duduk sembari terus menatapku.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now