23

2.4K 272 7
                                    

From : Yena

"Kau pikir, kau menang dengan sikapmu tadi? Kau benar-benar perlu diingatkan bahwa kau tidak lebih dari seorang pencari perhatian tidak berguna yang hanya bisa mempersulit semua orang di sekitarmu? Kau menganggapku remeh dan sewenang-wenang padaku hanya karena aku bersikap lunak padamu, Lisa? Aku membiarkanmu bukan karena aku takut atau apa, tapi aku menertawakanmu sekarang karena kau terlihat seperti lelucon dengan tingkah lakumu itu. Aku tidak akan kembali ke tempat itu karena aku takut mulutku bisa saja membongkar seluruh rahasiamu kepada kekasihmu. Anggap saja ini adalah hukuman, agar kau paham bahwa kau tidak bisa memperlakukanku semaumu, karena kau tidak pantas untuk siapapun dan apapun."

Lisa menatap ponselnya, meremasnya dengan rasa geram yang menjalar hingga ke ujung jarinya. Chaeyoung baru saja menyerahkan ponsel itu padanya karena ada pesan masuk, dan siapa yang menyangka jika pesan itu hanya akan menambah amarah yang sudah menggebu-gebu itu.

Dugaannya benar, Yena sengaja memesan banyak dan tidak kembali karena merasa egonya ternoda oleh kejadian kecil tadi. Lisa marah, satu hal belum selesai dan hal lain datang pada saat yang bersamaan.

Di depannya masih ada Jennie yang menunggunya untuk berbicara, di sisi lain ia tiba-tiba merasa tidak sanggup menghadapi Jennie dengan segala perasaan kacaunya.

"Kenapa diam saja?" Jennie mendesaknya.

Lisa hampir menangis, tetapi ia menahannya dengan baik. Ia mengantongi ponselnya lagi dan mencoba terlihat baik-baik saja. "Kita harus bicara lain kali. Aku harus mengantar Yuna pulang, dia tidak tahu jalan pulang."

"Mwo? Apa kau sekarang sedang bercanda, Lisa?" Jennie tertawa, merasa tidak percaya.

Sebelum Lisa bisa memberikan jawaban lain, Yuna sudah berdiri di sampingnya. Gadis itu mendengar semuanya sejak tadi, namun sebagai orang luar tentu saja dia tidak mengerti apa-apa, bahkan ketika dirinya adalah alasan Jennie bertindak seperti anak kecil.

"Unnie, Yena juga mengirimiku pesan. Haruskah kita pulang sekarang?" Yuna, dengan suara halusnya menyela dua orang yang tengah bersitegang tersebut.

Tentu saja suara itu tidak luput dari perhatian Jennie, dia tanpa sadar memutar matanya.

"Tentu. Ayo-"

"Kau tidak akan kemana-mana sampai kau bicara padaku, Lalisa Manoban." Jennie meraih pergelangan tangan Lisa.

Rahang Lisa mengeras, ia merasa putus asa karena Jennie tidak bisa melihat bahwa dirinya benar-benar tidak mampu menghadapi situasi ini. Ia marah tentang begitu banyak hal sehingga dirinya sendiri tidak tahu di mana harus memusatkan kemarahannya.

Namun ia menjadi khawatir saat melihat mata Jennie mulai berkaca-kaca lagi. Melarikan diri dari masalah tidak akan membuatmu baik-baik saja, Lisa, batinnya berbicara.

"Yuna-ya, bisakah kau menunggu sebentar?" ucap Lisa pada akhirnya.

Gadis itu hanya bisa mengangguk, tidak ingin ikut campur dengan hal-hal yang tidak dia ketahui. "Chaeyoung unnie, bisakah kau mengemas makanan dinginnya? Aku akan membawanya pulang dan makan di hotel bersama teman-temanku nanti." Ujarnya.

Chaeyoung menghela nafas lega dan mengangguk cepat, sebenarnya dia sejak tadi memikirkan bagaimana caranya dia bisa keluar dari situasi tegang ini.

"Tunggu sebentar, okay? Aku akan cepat." katanya, lalu bergegas ke dapur.

Lisa hanya mampu memberi Yuna wajah menyesal. "Aku akan mengambil makanannya nanti." lirihnya.

Memahami rasa bersalahnya, Yuna tersenyum dan menepuk pundak Lisa dengan lembut. "Ada supermarket di seberang jalan, aku akan pergi ke sana dan membeli beberapa makanan ringan sambil menunggu, unnie."

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now