51

1.3K 178 1
                                    


"Pengisi daya?"

"Sudah."

"Alat makeup?"

"Sudah."

"Dompet?"

"Sud--tunggu..dimana dompetku?"

Jennie memutar bola matanya sementara Chaeyoung mulai mencari-cari benda itu. Sungguh, ia tidak pernah bisa memahami kebiasaan pelupa saudara perempuannya yang luar biasa. Setiap kali akan bepergian, jika Jennie tidak memastikan dan memeriksa ulang, maka pasti ada saja barang-barang Chaeyoung yang tertinggal.

Hari untuk penelitian Chaeyoung--atau apalah itu, akhirnya tiba. Pukul tujuh pagi gadis pirang jangkung itu sudah sibuk dan berisik mempersiapkan segalanya. Meskipun hubungan mereka masih sedikit canggung karena masalah tiga hari yang lalu, sebagai saudara perempuan yang baik Jennie tentu tidak bisa membiarkan Chaeng pergi tanpa mengawasinya. Maka ia sengaja bangun pagi-pagi sekali untuk membantu Chaeyoung menyiapkan barang-barangnya.

Apa yang terjadi belakangan ini sebenarnya membuat Jennie tidak yakin membiarkan Chaeng pergi jauh, apa yang mengancam mereka bisa saja ada di mana-mana. Namun, Chaeyoung sangat antusias, dia tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya.

"Kau yakin bisa menjaga diri sendiri saat berada di sana?" Jennie bertanya sambil membuka laci meja, lalu mengeluarkan dompet biru tua dari sana dan melemparkannya ke arah Chaeyoung.

Tersenyum kikuk, Chaeng lalu mengangguk. "Jangan khawatir, unnie. Aku bisa mengurus diriku sendiri."

"Chaeyoung-ah..."Jennie menjeda, lantas menggelengkan kepalanya. "Lupakan saja. Pastikan untuk tidak terpisah dari rombonganmu. Hubungi aku setiap tiga jam."

"Unnie! Aku bukan anak kecil!"

"Aku tidak peduli kau sudah dewasa. Aku perlu tahu bahwa kau baik-baik saja agar aku tidak akan terlalu khawatir. Turuti aku atau batalkan." Tegas Jennie.

Menghembuskan napas dengan keras, Chaeng kemudian berbalik untuk memasukkan dompet ke dalam tas tangannya. "Kau berlebihan. Polisi dan profesor akan mengawasiku di sana. Aku tidak akan hilang."

"Berhenti mengoceh. Kemasi barang-barangmu dengan cepat, bergabunglah untuk sarapan."

Perintah Jennie menjadi penutup perdebatan mereka. Gadis bermata tajam itu kemudian berjalan keluar dari kamar Chaeyoung untuk menuju ke lantai bawah.

Sementara Chaeyoung yang tadinya tampak penuh penolakan, diam-diam tersenyum. Dia merasa gemas dengan kakaknya, dan merasa beruntung memiliki Jennie sebagai satu-satunya keluarga yang dia miliki. Perhatian semacam itu adalah apa yang seharusnya dia dapatkan dari seorang ibu, sayangnya dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk sepenuhnya merasakannya. Dan Jennie mengisi kekosongan itu, terlepas dari bagaimana suasana hatinya Jennie pasti selalu mengutamakannya.

"Aku akan bersikap baik padanya di masa depan." Chaeyoung bergumam di antara senyumnya.

Kembali ke Jennie, ia berhenti berjalan ketika melihat Lisa berdiri di depan lemari es--meneguk air mineral sementara matanya fokus pada ponsel. Kekasihnya sering sibuk dengan ponselnya selama tiga hari terakhir, entah itu menonton video dance atau berkonsultasi secara online dengan dokter Kwon. Bukannya Jennie tidak menyukainya, hanya saja dia benci melihat Lisa melakukan itu jika sedang mengerjakan sesuatu yang lain.

"Letakkan ponselmu saat minum, Lisa. Berapa kali aku harus memberitahumu?" Tegurnya.

Lisa terkejut hingga hampir menumpahkan air. Dia kemudian dengan cepat mengantongi ponselnya, takut akan dimarahi. Akhir-akhir ini Jennie menjadi sedikit menyeramkan.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now