BAB 19: PERSIRNAAN

990 111 2
                                    

"Acara kita akan diadakan di villa deket gunung biar beda gimana?" Hana berseru mengusul sembari mengibas rambutnya.

Ruang kelas tersusun poster dari sterofoam memajang struktur organigram dari bagai organisasi sekolah. Ruangan dipenuhi siswa-siswi ekskul kelas XII duduk berdekatan oleh kursi gaya kuliah. Sudut setengah melengkung. Ruangan ini adalah ruang rapat para eksekutif organisasi mereka.

Hana berperan sebagai ketua OSIS di sekolah. Duduk di depan ditemani pria berparas kalem.

"Di mana, Han? Kinan?" tanya siswi dari anggota Paskib duduk bersama rekan-rekannya.

Hana menjentikan jemarinya senyum merekah. "Tempatnya deket wisata p e n d a k i a n. Tapi sebenarnya lumayan, sih. Dan kita di sana. Soalnya cocok dengan acara kita. Masa acara segede gini di sekolah, kan, enggak kesan kenangan gitu. Dan acaranya bulan depan!"

Langit menahan dagu oleh kedua tangan di kursi gaya kuliah. Dia menyimak Hana dengan kosong tak berisi.

"Gue setuju!" seru Kinan di sebelah Langit bersamaan rekan PMR-nya.

"Setujulah!" seru anggota Pramuka dengan mengacung jemari.

"Pokoknya acara ini harus menjadi kenangan kita yang paling bermakna sampe kita lulus nanti!" timpal Hana.

"Tapi rencananya PMR lomba. Apa enggak bentrok?" sanggah Raka dari Angklung.

"Acaranya enggak bentrok. Satu minggu latihan plus dua harinya kita latihan dasar." papar Pandi ketuanya PMR.

"Enggak kecepatan atau terlalu buru-buru?" Kinan berseru. Langit menoleh menyimak.

"Kita enggak punya waktu banyak. Kita harus ngebut. Kita akan ujian kan?" kata Pandi.

Semuanya menganguk.

Hana melangkah ke depan menjulurkan tangan. "Sertijab LDKS, sukses!"

Semua ekskul ikut gerumul ke depan saling merapatkan telapak tangannya hingga meninggi.

"Sukses!" seru serentak mengayun dan mengudara disusul tawa.

....

Langit jalan concong di koridor sekolah lantai dua bersama riuh ekskul lain di belakang saat bubar rapat.

Kinan menyusul dari belakang napasnya mengebu mengibar mafela orennya seperti superman.

"Tungguin!" pekik Kinan di belakang.

Langit berhenti memutar tubuhnya sejenak.

"Biasa aja kali. Kek dikejar apaan!" tegur Langit lanjut jalan.

"Lu mau ikut?"

"Ikut ke mana?"

"Sertijab!" Kinan merasa jengkel.

"Iya dong. Masa aku enggak ikut. Aneh."

"Bisanya kan, lu enggak ikut kek ginian. Habisnya tadi ngebetem mulu. Aneh!"

"Ajak Gio enggak?"

Kinan menjentikan jemarinya. "iya dong. Ajak biar gue bisa liat kalian kek series itu. arrgghh! meleleh gue!" Kinan mulai.

"Series apaan!" hardik Langit.

"Adalah. Uwuu tau enggak. Liat cogan dua yang satu manis yang satu apalagii meleleh gue!" Kinan berseru gila memasang wajah gemasnya. Tak sadar Langit berlalu jengah.

"Ukanya imut," pekik Kinan menyusulnya tawa gila.

***

"Silakan bagi kelompok empat regu untuk latihan bola." ujar pak Tamrin selaku guru penjas.

Garis Langit [BL]Where stories live. Discover now