BAB 31: KURANG TEPAT

502 82 8
                                    

"Ini SMK?" tanya Langit mengobrol dengan Raga menuju lapang tandu. Dia beberapa berdecak kagum akan besaranya sekolah milik Raga yang bertebar ruang seperti praktek.

Kinan dan Sheril tak henti ketawa-ketiwi di depan sesekali memandang ke belakang obrolan Langit bersama Raga.

"SMA." jawab Raga, dia memasukan dua tangannya ke saku celana.

"Kalo mau ke toilet yang mana?" Langit terasa tak tenang merasa cenat-cenut di daerah sensitifnya.

"Dari sini, luruss belok kiri pas di gedung B komputer. Nah, di sana, belok kiri jalan lagi ketemu UKS. Luruss lewat gedung C kesenian, nah, belok ke bawah ada taman kecil belok kanan jalan lima langkah, tiba."

Langit bengong.

"Aku anter!" tutur Raga.

Langit senyum senang.

Sorak ramai dari lapang basket gemuruh. Mereka menuju sana melihat lomba tandu. Perwakilan tiap sekolah mengejar kejuaraan dimulai.

Masing-masing dua orang membuat tandu yang kuat, kokoh dan siapa yang cepat dia menang. Tentu akan ada penilaian soal ketahanan lain.

Ajimar, Rifki bersedia di lapang berbusana training sekolah.

"Mulai!" seru panitia.

"Semangat!" dukungan dari tim pendamping ditepian yang dibatas oleh tali rapia.

"Mana Aji! Mana Aji!" Kinan celingak-celinguk mencari Aji.

Langit yang jemu mendengar ocehan Kinan lekas memegangi kepalanya seraya mengarahkan pada tim tandu mereka.

"Arrgghh! Semangatt!!!" Kinan memekak telinga Langit.

Raga dan Langit menutup dua telinganya. Sheril malah ikut-ikutan seraya loncat-loncat pemandu sorak.

Ajimar dan Rifki berjibaku kompak mengeratkan tali tandu di dua bambu, dan Rifki memasang kain putih segitiga sebagai alas pasien.

"Itu si Kinan kesambet apaan!" Aji disela sibuk.

"Fokus!" ketus Rifki.

"Kin, jangan berisik ganggu tau!" tegur Langit.

Kinan semakin menaikan suaranya memberi dukungan. Sheril pun demikian. Dia merebut megapon dari panitia OSIS.

"Selamatt! Eh, siapa tadi namanya?" Sheril tak tahu nama yang harus diucap untuk didukungi. Suaranya terekam megapon.

"Ajimar dan Rifki!" Kata Kinan.

"Semangatt, Jikii!"

"Jiki, siapa?" Kinan terbengong.

"Semangat Aji dan Rifki!" Sheril menegas diiri megapon berdecit.

Kinan menganguk lekas loncat-loncat saling menyoraki tim tandu tanpa tahu malu.

"Maaf, jangan terlalu antusias." tegur pemuda KSR berkemeja merah amat tampan dan bikin keduanya meleleh.

Kinan dan Sheril nyengir lekas saling menyerahkan megapon.

....

Gio dibuat bingung oleh sekolah yang gedenya minta ampun. Gio terasa di tengah perumahan. Lirik sana lirik sini hanya siswa yang berlalu lalang. Gio ingin menanyakan arah depan tapi gengsi oleh tampang. Lekas Gio duduk di kursi taman untuk istirahat.

"Aku jarang ke sini bahkan kapan, ya, ke sini? Haha." Langit terkekeh dangkal.

Sekejap, Langit merapatkan kakinya dirasa tak enak.

Garis Langit [BL]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt