BAB 35: KEBERSIHAN

436 69 2
                                    

Langit saat ini berkemeja merah dan terlihat gagah apalagi saat jalan di koridor jadi pusat pandangan siswi yang kelepek-kelepek akan pesonanya dia. Banyak kumpulan siswi di pojokan saling bisik-bisik tentangnya disambung tawa gemas.

Langit tak menanggapnya, bukan sombong, hanya saja dia sering malas melakukannya.

"Langit!" Hana dari belakang.

"Iya, Han!" sahut Langit saat Hana mendekat sembari mendekap buku hukuman siswi yang terlambat.

"Liat Santi enggak?" tanya Hana.

Langit mengedikkan bahunya dia sudah lama tak Santi.

Hana tampak jengkel, "Tuh, bocah ke mana, ya. Aneh tau enggak. Lagi keadaan genting malah ngilang!"

"Keadaan genting?" Langit menaut alis.

"Dia ditugasin buat edit surat. Eh, dianya enggak ada." ungkap Hana.

"Coba telepon."

"Ngit, udah aku lakuin dari tadi. Kagak diangkat."

"Kapan terakhir kali liat dia?"

Hana mengetuk tengah bibirnya oleh jari telunjuk.

"Di lapang sama Kinan."

"Nah, mending tanya Kinan." saran Langit.

"Iya juga, ya. Thanks, Ngit! Btw selamat juara duanya, ya!" Hana buru-buru pergi.

Santi duduk di kursi panjang perpus sembari menikmati seblak sayur pedas. Tangan mengetik diatas papan keyboard laptop. Dia sedang mengedit surat menyurat untuk dispensasi sertijab nanti.

Peluh di dahi, pelipis tatkala merasa kesela juga nikmat oleh seblak.

"Hei!" sergah Anwar duduk di sampingnya disambung nyengir.

Santi yang tersentak karena kejut akan ketenangan merasa jengkel.

"Tumben?" sahut Santi tak pun menoleh terus mengedit.

"Tumben apanya?"

"Ck. Tumben kesini!" tegas Santi seraya berdecak.

"Hehe. Enggak boleh, ya. Enggak, gue ke sini cuma .... ya, ada sedikit pertanyaan. Lagi apa?"

"Kamu ingat enggak kapan kita terakhir kali berteman dan kamu mutusin hubungan itu secara sepi-"

Anwar memotong, "Iya, maaf. Udah-udah. Oke gue sebentar kok. Gue mau nanya perihal lu sama Gio kok, udah gak ada kabar?" Anwar memantik.

"Kagak sopan nanyain hubungan orang!" timpal Santi, dia menekan file lain.

Anwar menarik laptop Santi hingga terpisah dari jari-jarinya yang sedang mengetik.

"Dengerin gue dulu!" kukuh Anwar.

Santi memandang Anwar jengah.
"Lu masih sama dia?" lanjutnya.

Santi diam merasa sesak saat ditanya perihal hubungan. Tentu sudah kandas.

"Jawab?!" Anwar menegas.

"Manfaatnya bagi lu apa?!"

Anwar kekeh dangkal.

"Gio sahabat gue, dan lu adalah pacarnya. Apa gue enggak berhak tau?"

Santi hendak pergi mencoba mengambil laptopnya yang ditarik. Tapi Anwar menutup laptop Santi, dia memeluknya.

"Duduk. Penting!" titah Anwar.

Santi merasa jengkel. Dia tak menoleh lebih memandang ke yang lain, "Terus?"

"Gue tahu prihal Gio deket dengan Langit, bener bukan?"

Garis Langit [BL]Where stories live. Discover now