BAB 55: KENYATAAN

301 48 3
                                    

UKS saat ini lengang. Kinan bersama Langit di dalam bertugas membereskan peralatan medis di tas jinjing P3K warna merah.

Kinan bersila di lantai dan Langit membereskan bidai di sisinya. Tak ada obrolan hanya hening dan itu tak biasa.

"Ngit, siapa cewek itu?" tanya Kinan tak melirik, fokus merapikan peralatan medis ke dalam tas.

Agak lama tak ada sahutan.

"Ngit?" Kinan mengulang.

"Nanti gue telepon. Nanti juga lu tahu." ujar Langit menarik resleting tas bidai.

"Terserah. Tapi jika ada sesuatu yang bikin sesak, keknya aku up. Sudah banyak aku dengar kisah itu." peringatan Kinan lalu ketawa kecil.

Langit diam lalu menyahut oleh tawa kecil juga.

"Btw, lu sama Gio itu cocok. Gue harap kalian selalu bersama, bersama meski entah ujungnya kayak gimana tapi gue harap, tak ada ending yang bikin sesak. Hubungan manis harus berakhir manis juga meski akhirnya tak sama." Kinan berpesan.

Langit menunduk kepala, dia diam mencerna ceramahan Kinan.

"Gio itu baik, meski gue tak tahu seratus persen—tapi gue tahu di hati itu ada keseriusan tak ada paksaan. Bersyukur jika seseorang punya Gio. Dia terus terang enggak ada yang disembunyi-sembunyikan." Kinan memuji lalu menarik resleting tas P3K hingga tertutup rapat, Kinan bangun menaruhnya di meja dekat patung manusia.

"Gue harap, meski kita udah pisah saat keluar sekolah, gue harap kita masih teman. Dan gue harap, gue masih bisa lihat lu sama Gio tetap bersama." Kinan mengacungkan jari kelingkingnya. Langit menganguk ragu, dia menjalinkan jari kelingking itu hingga menyatu.

"Kenapa dengan wajahmu? Tergurat rasa cemas dipendam." Kinan memiringkan kepalanya seraya menilik roman Langit.

Langit menggeleng kepala pelan.

***

Langit jalan sendiri sembari menggendong tasnya dipungung menuju toilet. Kelas lengang dan pintunya membuka, Langit jalan concong sedikit lunglai tak mood. Hingga kakinya berhenti melangkah, telinganya mendengar obrolan manis dari ruang sebelah tepat dia mogok.

Langit tak melihatnya, dia sudah tahu dari suara itu, tapi, suara perempuan bersama suara pria yang dia kenal. Tengah mengobrol didalam sana amat manisnya.

Langit memberanikan diri melihatnya, kepalanya geser pelan, pelan hingga berhenti dititik itu.

Gio bersama Santi diruang kosong ruang musik. Keduanya sedang mengobrol manis tak seperti biasanya Gio jarang dengannya dan obrolan itu selalu hambar. Juga selalu diisi kelakar lawak. Kali ini agak banding berjuta kilometer. Kedekatan dan kesan serius. Duduk manis seraya pandang-pandang juga senyum.

Langit memergoki tangan Gio membelai rambut Santi yang wajahnya merah merona akan bawa perasaan. Langit kian yakin jika itu bukan teman biasa.

Langit menundukkan kepala lalu melanjutkan jalannya menuju toilet. Pintunya dia tutup agak keras hingga muncul suara kesepian. Langit menghela napas lalu duduk di atas toilet duduk. Dia memegangi kepalanya lalu terpejam dan menengadah kepala bersandar kepunggung toilet.

"... cinta itu terukir kembali." bisik Langit lalu senyum manis.

Langit jalan lagi menuju tadi, suara itu masih di sana dan Gio tentu bersamanya diruang musik, Langit jalan tak mengubris seperti orang lain yang tak acuh dengan orang pacaran.  Jalan menuju tujuannya.

"Aw!" Langit meringis saat kakinya ada yang menjegal.

Langit terjatuh di lantai. Terjerembap. Dia menahan sakit dilututnya yang bekas luka kemarin masih ada.

Garis Langit [BL]Where stories live. Discover now