BAB 32: UNTUK KEDUA KALI

567 77 7
                                    

Mangkuk siomay Gio masih banyak sementara yang lain hampir habis. Rupanya Gio tak mood. Tentu, makan sembari melihat keharmonisan Langit bersama Raga selaku peserta yang katanya latihan gabungan dulu.

"Ada loh, fotonya," Raga memperlihatkan kenangan Langit saat latgab diponselnya.

Raga duduk disisi Langit tak dengan Gio karena ingin mengenang masa-masa lalu. Gio panas kuping mendengar harmonisnya Langit bersama dia. Gio menuang saus lagi ke dalam mangkuk siomaynya.

"Gi, pedes anjir!" tegur Agus saat melihat siomay milik Gio mengucung saus.

"Bodo amat. Gue lagi panas!"

Kinan mengikuti sorot mata Gio tertuju pada Raga, sekejap dia paham.

Kinan tawa kecil.

"Gi, biasa aja kali. Enggak akan diculik, kok." Kinan menyuruput teh botolnya.

Gio menghela napas berat.

"Nomernya benar, 'kan?" kata Langit sembari memegang ponselnya.

Raga menganguk, "Itu nomer aku. Selalu aktif kok, enggak akan salah."

Gio menegangkan rahangnya saat obrolan Langit bersama Raga amat sosweet baginya. Apalagi Raga nada bicaranya ramah lembut lagi.

"Kalau pun dia belok, dia pasti uke. Yakin Gio yakin!" batin Gio.

Lubang hidung Gio menghirup oksigen gusar. Dia mirip banteng yang siap menyeruduk.

"Gi, nikmatin siomay berapinya. Biarin si Langit enggak akan diculik kok." Kinan memantik.

Sheril mendekatkan mulutnya ke Kinan "Teman kamu ganteng juga," bisiknya.

"Dia udah yang punya." bisik Kinan menimpali.

Sheril mendelik.

"Siapa?" bisik Sheril.

Kinan menunjuk ke arah Langit dengan gerakan mata. Sheril mengikut lalu terkaget.

"Ihh sosweet. Pantesan dari tadi dia kek banteng," bisik Sheril ketawa-ketiwi. Kinan menyahutnya kenes.

"Beb! Jangan gitu di depan aku!" Gio berdiri lantang menegur Langit oleh sebutan itu.

Sekejap teman Langit pasang mata refleks mendongak pada Gio. Termasuk Raga yang melongo.

Krik, krik.

"Fuck ...," batin Gio terpaku memunculkan semu merah jambu di pipi.

Kinan melongo.

"Haha, maaf." Gio tawa hambar sembari duduk kembali menyantap siomaynya menutup malu.

Langit melongo, "Gi, jangan dimakan entar kamu sakit perut!" Langit khawatir sekaligus mengalihkan pembicaraan.

Gio pura-pura tak dengar lebih memilih menikmati siomaynya

Pandi dan tim tandu saling pandangndang tak ngerti sekaligus terasa meremang saat Gio menyebut Beb pada Langit.

"Cemburuan, tapi uwu," bisik Sheril di telinga Kinan.

***

Mereka berpisah di gerbang sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing. Kemenangan kejuaraan akan diumumkan di sekolah masing-masing saat upacara.

Sheril duduk di jok belakang motor ninja hitam Raga. Mereka melambaikan tangan perpisahan.

"Dah Kinan, dah Langit, Gio, Agus, semuanya!" pamit Sheril hingga motornya mulai melaju hingga melesat di jalan.

Garis Langit [BL]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن