DASA 36

54K 6.5K 7.1K
                                    

"Buna susu Rey--"

Rey melirik Asa yang duduk di meja makan. "Biar Rey buat sendiri aja," imbuhnya bergegas ke dapur.

"Tumben, Mas? Biasanya juga, Bunaaaaaaaa." Nisha mempraktekkan cara bicara Rey.

"Buna, please. Jaga kehormatan anak di depan istrinya itu dapet pahala loh," Rey mencak-mencak seraya mengambil susu L-Men.

Asa tertawa pelan sambil sesekali menyeruput jus buatannya sendiri.

"Rey itu dari dulu manjanya nggak ketulungan, Sa--"

"Tuh, kan, tuh, kan. Mulai gibah, telinga Rey panas loh." Suara Rey seakan-akan tidak terdengar di tempat itu.

Nisha kembali melanjutkan. "Dia itu paling nggak bisa ke dapur, sok-sokan banget mau bikin susu sendiri pasti karena malu sama kamu--"

Klontang! Klontang!

"Bunaaaaaa," panggil Rey refleks.

"Tuh kan!" Nisha tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapinya, hal itu membuat kekehan Asa semakin meledak.

"Bentar biar Bunda--"

"Biar Asa aja, Bun." Asa menahan tangan Nisha yang hampir berdiri, lantas berjalan mendekati suaminya.

"Apa yang jatuh?" tanya Asa hendak membantu.

"Ini, udah Rey ambil kok." Rey menunjukkan tutup susu berbentuk bundar.

"Butuh bantuan?"

"Iya, Sa. Rey pengen susu--"

Asa menutup susunya sendiri karena mendengar ucapan Rey yang sedikit ambigu.

"--Tapi lupa cara bikinnya. Udah lama nggak bikin--" Rey menurunkan tangan Asa yang tengah melindungi susunya. "Heh, Asa mikir apaan?"

Asa melebarkan matanya, dia malu karena salah tangkap. Bisa-bisanya? Asa langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Ahahahaaaaa, ucul banget sih kamu, Bin!" Rey memeluk Asa yang masih menutup wajahnya karena malu.

"Bin siapa?" Asa membuka tangannya dengan dagu menempel di bahu Rey yang membungkuk, kepala Asa sedikit menengadah karena Rey terlalu kuat memeluknya.

"Bini," timpal Rey menggoyangkan tubuh Asa ke kanan dan ke kiri.

"Sopankah Anda seperti itu di depan jomblo?" komentar Nisha sembari menyeruput tehnya.

Asa buru-buru melepaskan diri dari pelukan Rey, malu.

"Ya Allah, Buna. Pasutri baru ya wajar lah,"

"Rey!" Asa menepuk dada bidang Rey karena semakin malu pada Nisha.

"Hehehee," Rey beranjak memeluk Bundanya yang duduk di meja makan, ia kecup pipi wanita pertama yang paling ia cintai itu. "Rey juga sayang Bunaaaaaa."

Asa tersenyum melihat keuwuwan ibu dan anak itu, jujur Asa sedikit iri karena mereka dapat mengucapkan kasih sayang semudah itu.

Selesai membuatkan susu, Asa duduk lagi di meja makan. Mereka makan bersama sambil mengobrol ringan tengah hal-hal acak, atau kisah masa lalu Rey.

"Nanti Asa periksa kandungan jam berapa?" tanya Rey di tengah-tengah obrolan.

"Jam-jam agak siang," jawab Nisha kurang spesifik.

"Kalau udah wajib kabarin Rey ya?" pinta Rey pada Asa yang dibalas anggukan oleh wanitanya.

Rey tersenyum, tangannya terulur membelai rambut panjang Asa yang duduk di hadapannya.

"Mas, udah, Mas. Bunda jomblo, jahat banget kamu, Mas."

DASA (END)Where stories live. Discover now