DASA 27

60.2K 7K 5.2K
                                    

Asa menaiki kursi, kali ini dia ingin mengambil blender tanpa menciptakan kekacauan seperti sebelumnya. Gadis dengan setelan tracksuit outfit coklat itu membuka almari sisi atas kitchen set berwarna putih dengan bahan kayu jati.

Srrth! Gleg! Gleg!

Kehadiran Rey yang sedang meminum di dapur tepat di samping Asa itu membuat Asa terperanjat, dia sedikit oleng dan tergelincir ke samping.

Bug! Rey buru-buru bergeser dan menangkap Asa, itu gerakan refleks. Mata terpejam Asa mulai terbuka begitu ia menyadari jika tubuhnya terjatuh di tangan Rey.

"Lo ngapain sih jatuh-jatuh ke gue?!" Rey masih saja berbicara dengan nada yang kurang ramah. Ngotot, sedikit urat, dan 60% nggak bisa nyantai.

Asa mendorong Rey secara kasar, dan segera turun dari pria itu. "Kalau lo nggak mau nangkep ya geser aja! Gue juga lebih suka jatuh ke lantai dari pada ke pelukan lo!"

Asa ingin menaiki kursi lagi, namun urung karena kalimat Rey. "Ada di bawah!"

Rey menjauhi Asa, dia mengambil sesuatu di kulkas untuk mengalihkan salah tingkahnya karena menangkap Asa barusan.

"Gue simpen di bawah sekarang, lo bisa ngambil tanpa harus manjat-manjat kayak monyet. Jadi nggak perlu nyusahin orang-orang," imbuh Rey datar.

Nyusahin, satu kata yang mampu membuat Asa overthinking seharian. Apa dia benar-benar beban di sini? Apa kehadirannya benar-benar merepotkan banyak orang? Apa jika ia menghilang semuanya akan baik-baik saja?

Rey mengambil jus plum yang sudah dia buat pagi-pagi sekali, niatnya ingin dia berikan pada Asa sebagai tanda permintaan maaf.

Rey menyodorkan botol kecil berisi jus buah. "Ini buat--"

Asa sudah tidak ada di dapur, sepertinya dia sudah naik ke lantai dua. Rey menghela napas sambil memejamkan mata, tangannya mulai mengelus alis tebalnya greget.

Kenapa sih selalu nggak bisa gercep? Pantes aja keduluan Elvan! Yhaaa.

***

Nyusahin.

Kata itu terus terngiang di telinga Asa, entah saat ia di toilet, di kamar, di balkon, di tempat cuci baju, di ruang santai, di mana-mana selalu terdengar kata itu.

Asa bingung harus meluapkan emosinya pada siapa, dia seperti sedang berada di tempat yang sangat asing, tidak bebas melakukan apa-apa di sana.

PaSay ♡ offline.

Papa masih sibuk ya?
Pah, Asa kangen sekolah. Asa pengen belajar, rasanya udah lama banget nggak sibukin diri, hehee.
Papa baik baik aja kan di sana? Asa juga baik baik aja kok di sini.
Jaga kesehatan ya, jangan nglembur, apab. Cepetan pulang. Asa pengen banget ketemu sama Papa.

Tidak ada balasan. Satu-satunya cara terbaik bagi Asa adalah memendam semuanya sendirian, seolah dia memang sedang baik-baik saja.

Asa sedikit tersenyum saat darah segar di lengan kirinya mengalir pelan, satu emosinya sudah terluapkan.

Sejurus kemudian, Asa tersadar setelah melihat pergelangan tangannya yang masih diperban.

Cutter di tangan kanannya terjatuh, Asa langsung menekan luka barunya di jarak tujuh centi dari telapak tangan.

Kamu nggak boleh kayak gini, Asa! Kuat Asa di dalam hatinya. Luka yang kemarin aja belum kering, jangan ditambahin lagi! Aku mohon!

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang