DASA 53

39.3K 5.2K 7.4K
                                    

Happy Reading...

Asa menatap secercah cahaya yang menembus celah-celah dedaunan, bercak melingkar samar-samar dengan warna pelangi itu sesekali terlihat seperti ilusi.

Kepala Asa bergeser di atas paha Rey, mencari posisi yang nyaman. Namun, cahayanya berhasil menyilaukan penglihatannya sehingga mata Asa menyipit.

Rey tersenyum tipis, tangannya langsung bergerak melindungi wajah Asa dari teriknya matahari pada pukul dua siang.

Kepala Asa bergeser lagi, mencoba melihat wajah Rey yang tertutupi tangan Rey.

"Akhh," Rey memekik karena kepala Asa menyentuh barangnya.

"Duh?" Asa beranjak duduk, tapi Rey menahannya dan Asa pun kembali tiduran di paha Rey.

Ujung alas putih mereka sesekali bergerak karena tertiup angin, rerumputan di sekitar mereka juga ikut bergerak saling bergesekan.

Udara hangat, burung-burung berterbangan, juga pepohonan rindang yang memenuhi taman kebun binatang itu semakin membuat suasana di sana terasa nyaman.

Rey mengusap kepala Asa, sementara Asa mengambil pocky dan menyuapi Rey. Tampak romantis, tapi...

Plok! Geok! Geok! Drrk!

Beberapa cairan kental kecoklatan jatuh dari atas pohon menuju bekel hijau yang Rey bawa. Rey otomatis menatap ke atas, tepatnya, menatap beberapa burung yang bersarang di ranting-ranting pohon.

"Shhh, kenapa Buna sama Om Papa Liam milih tempat ini sih buat makan."

"Hahahaa, katanya kan tempat lain udah penuh. Lagian, di sini juga nyaman kok, Rey. Sepi, enak."

Rey menatap ke sekeliling, memang benar di tempat itu cukup sepi. Selain harus menyeberangi kolam pembatas menggunakan bebek-bebekan air, mereka juga perlu berjalan sejauh seratus meter lagi untuk sampai di sana.

"Buna sama Papa Liam kemana ya? Beli tissue nggak balik-balik?" tanya Rey yang terkadang masih tidak konsisten memanggil Liam.

"Kencan kalik," jawab Asa sekenanya.

"Hush, mulutnya."

"Hehee, tapi mereka kayaknya cocok nggak sih?"

"Enggak boleh, Sa. Kata Buna, Om Liam sayang banget sama Tante Tiara. Kalau nggak, dia pasti udah nikah lagi dari dulu."

Asa memainkan instax, memotret hal-hal random di sekitarnya dengan posisi masih tertidur di paha Rey. "Kalau sekarang udah beda gimana?"

"Imposible, cinta pertama itu susah buat dilupain. Meskipun mereka dapat penggantinya, mereka tetep bakalan inget kenangan-kenangan dulu dan rasanya pengen kembali ke sana lagi."

"Cinta pertama Rey siapa?" Asa masih memotret dan melihat hasil potretnya di kertas foto yang keluar dari instax.

"Yang nanya."

"Huh?" Asa menatap Rey, begitu pula dengan Rey yang membalas tatapannya penuh cinta.

"Cinta pertama Rey itu Asa," ulang Rey. "Sejak kecil, sejak Rey nggak tau apa itu cinta. Tapi anehnya Rey selalu suka ada di deket Asa, Rey selalu bahagia cuma dengan ngeliatin Asa dari jauh."

Asa berubah duduk. "Kamu pernah ketemu aku waktu kecil, Rey?"

"Nggak inget? Jahat banget sih Asa, sumpah jahat banget!" Rey ngambek.

Asa berpikir keras, mencoba mengingat-ingat kembali. Meski pada akhirnya tetap gagal, ia tidak mengingat apapun tentang masa kecilnya. Bahkan masa-masa awal SD saja dia sudah lupa.

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang