DASA 54

39.6K 5K 7.2K
                                    

Dug! Asa tidak sengaja menyampar kotak box berisi barang-barang dari Clara yang sudah Rey kumpulkan. Pria itu ingin membuangnya, tetapi sepertinya ia lupa.

Beberapa barang berserakan di lantai dan Asa pun bergerak cepat memasukkan barang-barang itu ke dalam box. Ia pegang satu per satu barang pemberian Clara, kemudian kenangan-kenangan masa lalu pun kembali bermunculan.

Asa terdiam sejenak, pikirannya mendadak kosong.

Asa menatap pecahan kaca frame yang cukup tajam, pikirannya seolah sedang bertengkar. Cukup rumit, apa semua penderita selfinjury seperti ini? Apa tingkatan Asa sudah tinggi?

Awalnya Asa hanya menyukainya, lama-lama terbiasa dan kini menjadi candu, terkadang ia menyakiti diri sendiri dalam keadaan setengah sadar, seolah ada seseorang yang menggerakkan tubuhnya di saat pikirannya kosong.

Asa juga tidak mengerti dirinya sendiri, apapun emosinya, keinginan untuk menyakiti diri sendiri masih ada di alam bawah sadarnya.

Alay? Mungkin cara pandang orang lain seperti itu. Tetapi, pola pikir orang normal dan penderita selfharm sangatlah berbeda. Jika orang normal, mereka tidak akan melukai diri sendiri secara naluriah. Tetapi, Asa lain.

Sekarang, melihat benda tajam sekilas saja keinginan untuk menyakiti diri sendiri itu bangkit dengan sendirinya. Asa sedang sangat sensitif.

Apalagi saat ingatan tentang Clara kembali, rasa bersalah itu semakin menggerayangi kepala Asa.

Tangan Asa bergerak meraih gunting, nyaris melukai dirinya sendiri dengan benda itu. Namun, Asa berhasil menahan diri. Tubuhnya bergetar, kendalinya semakin tidak jelas.

Rey keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamar, ia sudah memakai baju rapi serba hitam seperti hendak pergi ke makam.

"Asa!" sentak Rey melihat Asa yang sedang memotong rambutnya secara brutal.

Rey mendekati Asa dan segera mengambil alih gunting di tangan Asa. Bibir Rey ternganga, rambut panjang Asa kini habis terpotong secara asal-asalan seukuran bahu.

"Maaf, Rey." Asa mengatakannya dengan nada lemah, tatapannya menerawang entah kemana. "Aku udah berusaha nahan diri biar nggak selfharm, tapi susah."

"Sa," Rey bersimpuh lutut di depan Asa.

Mata Asa masih menerawang, tetapi sedikit berkaca-kaca. "Aku nggak mau nyakitin diri lagi, makanya aku potong rambut."

Rey menarik Asa ke dalam dekapannya. "Nggapapa," kata Rey mengusap rambut pendek Asa. "Kerja bagus, Sa."

Rey mengusap air matanya sendiri, selalu saja menangis setiap kali Asa melakukan hal hal yang tidak wajar. Rey mengambil sisir, kemudian merapikan potongan rambut Asa.

"Aku jelek ya, Rey?" tanya Asa begitu Rey selesai merapikan potongan rambut Asa sampai bawah leher.

Rey memegang kedua bahu Asa, menatap wanitanya cukup lama. "Selalu cantik."

Mata Asa mulai memerah, setetes air tiba-tiba keluar dari kedua matanya. "Aku takut nggak bisa sembuh, Rey."

"Enggak, Sa. Pasti sembuh," Rey mengusap air mata Asa.

"Aku pengen bisa liat Galan, Rey."

"Pasti bisa, Asa kuat."

Rey menidurkan Asa di atas ranjang, menyuruhnya agar beristirahat setelah meminum vitamin untuk ibu hamil. "Jangan kecapekan, Asa."

DASA (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum