DASA 50

48.4K 5.8K 7.8K
                                    

Happy Reading...

Rey membuka ruang rawat Asa bersamaan dengan salah satu perawat yang membawa nampan berisi makan siang. Rey mengambil alih. "Biar saya aja."

"Baik, Pak." Perawat itu pun memberikan nampan pada Rey dan segera pergi dari ruangan Asa.

Rey tersenyum melihat Asa. Senyum yang hambar? Entahlah, Asa hanya merasa senyuman itu terlihat tidak memiliki emosi apapun.

Asa membalas senyuman Rey dengan senyum simpul. Perasaannya aneh, terasa sedikit canggung.

Rey duduk di ranjang tempat Asa duduk, dan meletakkan nampan di meja makan yang menyatu dengan ranjang. "Makan, abis ini Asa udah boleh pulang."

Asa menyuapi diri sendiri, beberapa kali rambutnya menjuntai ke wajah. Karena peka dengan Asa yang kesulitan, Rey memegang rambut Asa, menyatukan tiap helaian panjang itu, lalu mengikatnya menjadi satu ikatan kuat di tengah-tengah.

Asa mengangkat wajahnya ke samping, melihat Rey yang kini tersenyum sampai matanya ikut melengkung. Tetapi, kenapa rasanya sedikit canggung?

"Kenapa?" tanya Rey kala menyadari tatapan canggung Asa.

"Kamu inget?" Suara Asa cukup parau dan lemah, wajahnya terlalu datar, intonasi suaranya juga merendah.

"Tentang apa?"

Asa menatap mata Rey lekat-lekat, berusaha mencari secercah ketulusan di dalam sana. "Janji kita."

Rey bergeming, tidak tampak terkejut, seolah dia sudah siap dengan pertanyaan itu. "Janji kita kenapa?"

"Kamu masih sayang sama aku, Rey?"

"Kenapa nanya gitu?" Nada bicara Rey naik satu oktaf, tidak kasar, tetapi terdengar sedikit marah. "Kalau Rey nggak sayang sama Asa, Rey nggak mungkin ada di sini!"

"Tapi kamu ragu, Rey."

"Ragu apanya?!" Iris gelap Rey melebar, membuat figur Asa tercetak jelas di sana.

Rey mencintai Asa, bahkan sangat menyayanginya. Namun, sesuatu seolah menghalangi perasaan itu. Ada banyak hal yang membuat perasaan Rey bimbang.

"Kamu ragu waktu bilang masih sayang sama aku," Bibir Asa bergetar, matanya mengerjap samar. "Tatapan kamu udah beda Rey--"

"Aku kurang apa sih, Sa? Aku sayang sama kamu, aku selalu ada di samping kamu, aku juga nerima semuanya, termasuk anak itu. Apa perjuangan aku selama ini masih kurang di mata kamu?"

"Justru karena kamu yang berjuang paling keras, itu malah bikin aku nggak percaya diri. Aku ngerasa nggak pantes diperjuangin sama cowok sempurna kayak kamu."

"Asa, sekarang masalah kita apa sih? Kenapa kamu tiba-tiba jadi kayak gini--"

"Kamu masih belum bisa lepas dari masa lalu itu, Rey. Dan aku juga sama, tatapan benci kamu dan rasa bersalah aku masih ada, tertanam di dalam diri kita masing-masing."

Rey memegang tangan Asa. "Asa, please--"

Asa mengelus perutnya yang membucit. "Setelah anak ini lahir, aku minta kamu talak aku, Rey--"

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang