DASA 46

42.2K 5.6K 7.3K
                                    

"Kamu ngapain duduk di situ, Mas?" komentar Nisha kala mendapati putranya yang sedang duduk di kursi kayu tinggi dekat mesin cuci.

"Nungguin Asa mandi, Bun." Rey menjawab tanpa mengalihkan perhatian dari buku fisika.

"Subuh-subuh mandi?" Intonasi Nisha sedikit meninggi, hal itu membuat Rey mengangkat kepalanya menatap Sang Bunda.

"Kalian nggak habis...," Nisha menggerakkan tangannya, saling tertaut, bertepuk-tepuk, berdempetan, dan bergerak tidak jelas seolah sedang mengucapkan ipik-ipik melalui bahasa tubuhnya.

"Enggak lah Bunaaaaaaaa," sergah Rey melotot. "Rey enggak habis ahik-ahik sama Asa."

"Tadi Rey kehujanan waktu beliin Asa strawberry sama obat demam, Asa malah meluk Rey jadi ikut-ikutan basah deh. Terus Rey suruh mandi sekalian, takutnya nanti makin demam kalau kena air hujan."

"Beneran? Cius?" Nisha menatap Rey curiga. "Asa lagi ngandung anak orang lain loh, jadi kamu nggak boleh gitu-gitu dulu sebelum anaknya lahir."

"Iya, Buna. Iyaaaa, Rey tau. Lagian Rey juga belum lulus, belum kepikiran juga buat sampai sana--"

Grek! Asa keluar dari kamar mandi, netranya langsung membulat melihat Rey dan Nisha di dekat pintu. Kamar yang Asa tempati hanya memiliki toilet, sehingga ia perlu ke kamar mandi utama untuk mandi.

Rey meneguk salivanya melihat tubuh Asa yang terbalut kimono coklat dalam keadaan basah. Rambut Asa digulung menggunakan handuk kecil, beberapa helai yang menjuntai basah itu juga meneteskan air hangat ke permukaan kimono.

Rey menggaruk tengkuk leher yang sebenarnya tidak gatal, melihat Asa seperti itu membuat Rey, ekhem, pengen.

Rey berdeham dan memalingkan wajahnya dari Asa. "Udah, Rey mau ke kamar dulu ya, Bun."

"Iya sana," Nisha beralih menatap Asa. "Asa istirahat ya, nanti Bunda bikinin jus semangka sama sandwich."

"Mau juga," serobot Rey ikut-ikutan.

"Kamu mah susu L-men, Mas."

Rey nyengir, ia pun, beringsut naik dan memasuki kamarnya. Rey menunggu di balik pintu yang sedikit terbuka, lalu begitu Asa sampai di depan pintu, Rey menarik Asa masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"R-rey!" pekik Asa terkejut, Rey memeluknya dari belakang sembari menutup pintu menggunakan kakinya.

Rey ngedusel ke leher Asa, lingkaran tangannya semakin erat memeluk tubuh wanitanya.

"Udah nggak sepanas tadi," ucap Rey merasakan suhu tubuh Asa.

"Geli, Rey." Asa bergidik, bulu kuduknya berdiri karena tingkah Rey. "Aku mau ganti dulu, bajunya di kamar aku."

"Bentar, Sa. Sebentaaar aja." Rey mengeratkan pelukannya, lalu Asa pun memegang tangan Rey sambil menyandarkan kepalanya ke kepala Rey yang sedikit menunduk.

Rey memeluk Asa cukup lama, Asa yang tidak bisa membalas pelukan Rey itu hanya bergeming menikmati pelukan Rey dari belakang.

Senyum Asa mereda ketika sepasang iris hazelnya menemukan foto Clara, Rey, dan Asa di mana bagian Asa dilipat sehingga tidak terlihat. "Itu...,"

"Apa?" Rey ikut melihat arah pandang Asa. Di sana, foto di dalam frame meja hitam itu terpampang di nakas sisi ranjang milik Rey yang jarang ditiduri.

Rey melepaskan pelukannya, ia langsung menelungkupkan foto tadi agar Asa tidak melihatnya terlalu lama. "Itu cuma masa lalu."

Asa mengambil foto itu dan melihatnya lebih jelas lagi, dia usap wajah Clara yang sedang tersenyum. "Kamu masih nyimpen ini?"

Ekspresi kecewa Asa terlihat manakala gadis itu sadar jika fotonya dilipat sehingga tidak terlihat lagi. Seolah Rey sangat membencinya, seolah Rey jijik melihatnya, dan di sana hanya ada Rey bersama Clara.

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang