DASA 19

54.9K 6.5K 3.6K
                                    

Berita pertunangan Rey dan Asa kini mencuat sebagai konsumsi publik, berbagai opini buruk maupun baik terus berhamburan dari mulut ke mulut.

Asa bahkan menjadi pusat perhatian di sekolahnya, gadis itu terus mendapat sorotan dari anak-anak Cassy. Sejak memasuki gerbang sekolah, sampai duduk di bangkunya. Asa benar-benar merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Serius dia tunangan sama Rey?"

"Bukannya Asa pacarnya Elvan ya?"

"Kasian Elvan. Diduain dong, hahahaaa."

"Cabe ih, nempel sana nempel sini."

"Dia beneran hamil nggak sih?"

"Ih, hamil sama Rey? Jadi, selama ini Elvan diselingkuhin ya?"

"Prihatin banget gue, kasian Elvan."

"Terus, sikap kasar Rey selama ini apa kabar? Akting doang?"

"Nggak nyangka sih, keliatan kalem ternyata hobi borong cowok."

"Kan circle nya sama Clara, Sist."

"Elvan nggak sekolah hari ini?"

"Berangkat kok, gue liat tadi lagi parkirin motor."

"Elvan gimana ya sekarang?"

Seseorang menggebrak pintu kelas sehingga beberapa ratu gibah tadi terdiam karena terkejut, hampir semua pasang mata yang berada di dalam kelas itu sontak menatap ke pintu masuk dekat papan putih.

"Rey! Rey! Rey! Diem jangan ngegosip!" Salah satu anak berbisik sambil menepuk-nepuk temannya agar kembali duduk ke bangkunya masing-masing.

Pria itu, Rey. Dia berjalan mendekati Asa yang sedang membereskan lokernya.

"Ikut gue!" pinta Rey pedas, dia menarik lengan Asa sehingga buku-buku di tangan Asa berjatuhan. "Gue perlu ngomong sama lo!"

Asa mendongakkan kepalanya, melihat wajah marah Rey yang tidak dipungkiri masih terlihat tampan. Manik mata yang menyorot tajam, hidung mancung yang licin, dan bibir merona yang ternganga sedikit.

Tanpa aba-aba, Rey menggandeng tangan Asa dan menariknya keluar kelas. Hal itu membuat beberapa anak heboh dan memekik alay karena terpesona dengan visual Rey. Sayangnya, udah punya pawang.

"Rey!" Asa berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman kuat Rey, tetapi Rey lebih sigap menangkapnya dengan tangan yang lain.

Rey berbelok menuju selasar samping sekolah dekat taman belakang, pria itu akhirnya melepaskan Asa dan menguncinya di pepetan dinding taman.

"Lo hamil?" tanya Rey tanpa ekspresi, wajahnya terlihat sangat datar. Namun Asa sadar jika pria itu sedang marah.

Asa tidak lekas menjawab, rasanya sangat berat mengakui hal itu pada Rey. Entahlah, Asa merasa tidak nyaman dengan fakta itu.

"Jawab gue! Lo beneran hamil?!" tanya Rey lebih tegas lagi. "Udah berapa kali lo gituan sama Elvan?"

Mendengar itu, Asa langsung mengangkat wajahnya menatap Rey. Matanya berkaca-kaca setelah melihat tatapan Rey, seolah dia adalah gadis rendahan di mata pria itu. "Rey--"

"Nyusahin banget lo jadi cewek! Yang salah lo sama Elvan, tapi gue yang harus tanggung jawab! Lawak lo semua!"

"Maafin aku, Rey--"

"Batalin perjodohan konyol ini!" kata Rey penuh penekanan di setiap kata. "Gue nggak sudi nikah sama Cewek Jalang kayak lo!"

Asa memegang tangan Rey. "Rey aku juga nggak pengen--"

          

"Gue bilang, batalin perjodohan konyol ini! Gue nggak suka sama lo! Gue jijik liat Cewek Jalang Pembunuh kayak lo seumur hidup gue!" bentak Rey sangat pedas.

Asa mengontrol pernapasannya, gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Kalau gitu, protes aja sama Papa."

Asa menatap manik gelap Rey dalam-dalam. "Kenapa? Kamu juga nggak berani protes ke Papa aku, kan?"

Kini Rey yang mengepalkan tangan karena kehabisan kata-kata.

"Semua ada di tangan Papa, kalau kamu nggak trima, langsung protes aja ke dia. Aku nggak punya hak buat nolak karena ini salah aku--"

"Makanya itu!" Rey mengusap rambutnya dari kening ke belakang. "Ini semua salah lo, kenapa harus gue yang tanggungjawab?! Kenapa, harus perusahaan Bunda gue yang bantuin Papa lo?!"

"Papa aku juga udah bantuin Bunda kamu--"

"Nggak usah sok pake aku kamu, lo!"

"Yaudah ulang. Papa gue juga udah bantuin lo! Harusnya lo berterimakasih! Kalau nggak mau bantuin, ngapain dulu terima bantuan Papa? Lagian juga Nyokap lo yang nawarin bantuan, Papa gue nggak pernah minta. Kalau lo mau protes, kenapa nggak protes sama Nyokap lo sekarang?!"

"Gugurin aja anaknya!" usul Rey tajam.

Asa sedikit mundur sampai punggungnya menyentuh pilar pembatas taman. "Rey--"

"Kita nggak perlu nikah kalau lo nggak hamil, kan?" Rey semakin maju mendekati Asa, pria itu bahkan mengunci Asa dengan tangan lurus menumpu pada pilar kubus selebar satu meter.

"Rey, lo serius sama ucapan lo barusan--"

"Semuanya bakalan baik-baik aja kalo lo nggak bikin ulah, Damn!" sela Rey memukul pilar pembatas.

"Denger ya!" Rey menekan bahu Asa. "Gue nggak mau tau, gimanapun juga, gue pengen perjodohan ini dibatalin! Serius, gue masih pengen yang perawan, Sa! Gue nggak mau sama lo, apa lagi lo bekasnya Elvan!"

"Jadi, lo udah mikir sampai sana?" Tatapan Asa kini berubah, ia menatap Rey seolah pria itu sagapung.

"Astagfirullah, maksud gue bukan gitu--"

"Kalau itu masalahnya, lo nggak perlu khawatir. Punya gue masih sempit kok," enteng Asa, seakan-akan sedang membahas hal lumrah yang sangat biasa.

Rey mematung mendengar ucapan Asa barusan. Hingga sedetik setelahnya, Rey menarik rambutnya frustasi. "Arghhh, gue nggak mikir itu--"

"Nggapapa, Rey. Gue bisa ngertiin," Asa menepuk pundak Rey seperti sedang membersihkannya dari debu tak kasat mata. "Ternyata lo cowok normal juga ya?"

"Asa, ini nggak kayak apa yang lo pikirin. Gue nggak pernah mikir sampai sana,"

Asa melebarkan senyum. "Maaf ya, gara-gara gue, lo jadi harus nanggung ini semua. Gue juga tau kalau lo nggak suka sama gue, dan gue pun juga nggak berharap lo suka sama gue."

"Cari cewek lain? Gue nggak peduli, Rey. Gue itu cuma cewek yang kebetulan ada di kehidupan lo, karena gue nggak mau bikin citra Bokap gue buruk di mata publik."

"Lo bisa anggep gue nggak ada, Rey. Lo boleh jalan sama siapapun yang lo mau, lo boleh pacarin siapapun yang lo suka. Cuma satu hal yang gue minta," Asa merapikan dasi Rey.

"Jangan pernah nambahin rasa sakit gue, karena nggak lo tambahin aja gue udah sakit, Rey."

"Setelah anak ini lahir, gue bakalan pergi kok. Tapi tolong, anak ini butuh catatan orang tuanya biar bisa berbaur sama masyarakat luar sana."

"Dia ada karena kesalahan gue, dan gue nggak mau dia nanggung kesalahan itu." Asa sedikit menunduk. "Pernikahan gue sama lo, ini cuma bakalan jadi formalitas."

"Berita pertunangan kita udah jadi komsumsi publik sekarang, dan gue sama lo harus pura-pura jadi pasangan sungguhan. Setidaknya sampai saham perusahaan Papa gue stabil, dan sorotan media ke kehidupan pribadi keluarga gue mereda."

"Sekali lagi maaf, Rey. Gue nggak bermaksud repotin lo sama Nyokap lo, tapi ini satu-satunya hal yang bisa gue lakuin buat bantuin Papa. Gue harap, lo bisa ngertiin gue."

"Rey!" seru seseorang dari arah kanan.

"BANGSAT LO!" Elvan menarik kerah seragam Rey dan langsung mendaratkan pukulan kuatnya ke pipi kiri Rey. "CEWEK SAUDARA SENDIRI JUGA LO EMBAT?!"

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku juga, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

1,5k 👁‍🗨 + 2,5k 💬 ya, nanti aku update lagi. ♥

Spam apa aja dulu boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Tanggung jawab nggak mau, giliran sama yg laen ngamok. Sick!

1mo ago

1
𝙢𝙚𝙣𝙪𝙧𝙪𝙩 𝙠𝙪 𝙙𝙞𝙖 𝙜𝙖𝙠 𝙥𝙚𝙧𝙡𝙪 𝙗𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙢𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙚𝙨𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙣𝙚𝙧" 𝙢𝙪𝙧𝙖𝙝𝙖𝙣𝙣𝙣.. 𝙖𝙠𝙪 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙚𝙢𝙤𝙨𝙞 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙢𝙖𝙩 𝙞𝙣𝙞

1mo ago

DASA (END)Where stories live. Discover now