DASA 42

45.9K 6.1K 7.3K
                                    

Selesai makan, Rey dan Asa mampir ke kedai es krim. Asa yang memintanya, kebetulan tempat itu tidak terlalu jauh dari tempat makan tadi.

"Pengen yang strawberry," pinta Asa. Mereka sedang duduk berhadapan di bangku dekat dinding kaca besar.

Rey terdiam selama beberapa saat. "Tadi baju warna pink, sekarang strawberry. Ini serius, Sa? Anak kita beneran cowok bukan sih? USGnya salah kalik ya? Apa Buna yang salah denger."

"Anak kita,"--Rey mengerutkan kening sambil menggoyangkan tangan letoy.--"Nggak gini, kan?"

Asa menutup perut sisi kanan dan kirinya. "Jangan dengerin Ayah, Mas Debay. Bunda yang suka strawberry kok."

"Hih, gemesin banget sih, Byn." Rey mengusak puncak kepala Asa, mereka pun tertawa bersama.

Elvan yang melihat mereka dari taman sebrang jalan itu semakin tertohok, dia menekan dadanya yang lagi-lagi terasa nyeri.

Setelah mengantar Aurel pulang, Elvan berpamitan untuk menemui Asa. Elvan ingin menyelesaikan masa lalunya, karena itu ia sangat ingin bertemu dengan Asa.

Meskipun hanya sekali, meskipun hanya sekejap, meskipun hanya mengobrol sepatah dua patah kata.

Elvan sebenarnya masih belum siap kehilangan Asa, tetapi ia harus merelakannya bersama dengan yang lain.

Elvan sadar, dia brengsek. Lelaki tidak bertanggungjawab yang tidak tau malu, selalu bersikap kasar, bahkan bermain bersama gadis lain meskipun ia masih bersama Asa.

Elvan tidak pantas bersanding dengan Asa, dia bahkan penyakitan sekarang. Elvan hanya akan menambah beban Asa jika ia terus mempertahankan Asa di sisinya.

Bersyukur, setidaknya Rey tidak bersikap kasar lagi seperti dulu. Mungkin Elvan harus membongkar semuanya, termasuk tentang Clara--Jalang yang bersembunyi di balik wajah polos dan sikap manisnya.

Dengan begitu, Rey tidak akan membenci Asa lagi, kan? Tetapi sepertinya percuma, Rey yang sekarang benar-benar terlihat sangat mencintai Asa.

Elvan tersenyum getir. Seandainya dia tidak menuruti Clara, seandainya Elvan tidak termakan rayuan Clara yang berkata akan tidur bersamanya kapanpun jika ia mau menggoda Asa.

Mungkin, Elvan tidak akan sesakit ini. Awalnya memang hanya perjanjian konyol demi tidur bersama Jalang itu, namun Elvan mulai mencintai Asa secara perlahan.

Sekarang, perasaan Elvan sudah mati. Asa adalah gadis terakhir yang mengisi hatinya. Air mata Elvan meluncur tak tau malu, Elvan terlalu hancur melihat Asa bersama Rey.

Terlambat, El. Sekarang semuanya sudah terlambat. Asa sudah bahagia bersama dengan yang lain, dan dirinya sendiri harus bertarung melawan sakit bawaan yang dideritanya.

Lalu Aurel? Entahlah, Elvan hanya merasa kasihan. Elvan ingin menebus dosanya, karena tidak bisa bertanggungjawab atas Asa, ia pun memilih bertanggungjawab atas Aurel.

Cukup lama Elvan berdiri di sana, menyaksikan keuwuwan dua insan itu dari balik dinding kaca kedai es krim.

Rey dan Asa bahkan saling menyuapi es krim, lalu saling bercanda mengotori hidung dan tertawa bersama. Berkali-kali Rey mengusap pipi Asa, dan Asa pun terlihat sangat nyaman akan hal itu.

"Minggu depan periksa kandungan lagi?" tanya Rey di sela-sela candaan mereka sembari memakan es krim cokelat.

"He-em, kamu nggak mau nganter, Rey? Nggak pengen liat Mas Debay di USG lagi apa?"

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang