DASA 23

53.5K 6.1K 3.1K
                                    

PaSay

Papa udah sampai?
Papa sampai dengan selamat kan?
Cepet cepet bales chat Asa ya, Pah.

Papa di sana panas atau dingin? Di sini dingin, Pah. Nggak ada Papa soalnya, hehee.

Pah, jangan lupa makan ya? Jaga kesehatan, jangan kecapekan juga.
Asa tungguin kabar Papa, bales chat Asa kalau ada waktu luang ya, Pah.

Pah Asa kangen, Papa masih lama ya pulangnya?

Asa menunggu balasan pesan dari Papanya hingga jam lima pagi, sampai akhirnya ia tertidur di atas sajadah dengan ponsel yang masih berada di genggamannya.

Drrt! Drrttt! Drrrttttttttt!

Getaran ponsel yang cukup lama di tangannya membuat Asa terkesiap, gadis itu mengusak matanya dan menatap arloji meja nakas yang menunjukkan pukul 06.37 am.

PaSay ♡ calling...

Asa tersenyum senang dan segera mengangkat telepon tersebut. "Pa! Papa baik-baik kan di sana? Papa ngapain aja? Udah sarapan? Papa jangan lembur ya, jaga kesehatan, Pah. Jangan lupa sering-seringin ngabarin Asa, Asa kangen, Pah."

Liam tertawa pelan di sebrang sana begitu mendengar rentetan pertanyaan Asa yang seolah-olah tidak akan berakhir.

"Papa baik-baik aja, Sayang. Maaf, Papa sibuk banget kemarin, Papa nggak sempet buka hape. Kamu baik-baik kan di sana? Tante Nisha nggak jahat, kan?"

"Baik kok, Pah." Rey yang jahat.

"Asa lagi apa? Udah sarapan belum?"

"Asa baru bangun tidur, hehee--"

"先生,雷莫拉到了,她在大厅等着," Samar-samar terdengar seseorang menginterupsi.

"好的,我很快就到--" balas Liam tampak tergesa-gesa, sepertinya ada hal mendesak. Dari yang Asa simak, seseorang yang sangat penting mungkin sudah datang.

Asa mengigit kukunya. "Pah--"

"Asa nanti lagi ya, nanti Papa telfon lagi."

"Iya, Pa--"

Nit! Sambungan telpon terputus secara sepihak.

Kurva tipis di bibir Asa memudar, berubah menjadi garis datar horizontal. Asa menatap layar ponselnya yang menghitam dengan tatapan kosong. Rasanya sangat sunyi, di sana, di dasar hatinya.

Asa keluar kamar bersamaan dengan Rey yang juga keluar dari kamar, pria itu sudah memakai seragam rapi dan siap berangkat ke sekolah.

Asa menutup pintunya, dia berdiri di keramik nomer enam dari keramik depan kamar Rey. Tiga meter, jarak pintu kamar Asa dan pintu kamar Rey hanya sebatas enam keramik.

Asa bergerak sangat, sangat, dan sangat pelan karena mengingat ucapan Rey kemarin. Dia berusaha keras untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun, dia juga tahan napas karena katanya Rey jijik.

"Batas lo cuma sampai sini! Jangan sentuh barang-barang gue! Jangan bersuara, denger nafas lo aja gue jijik! Lo diem aja terus, kayak mayat hidup! Ngerti?!"

DASA (END)Where stories live. Discover now