DASA 25

59.1K 7.2K 4.2K
                                    

Setelah membentak Asa di luar kendalinya, Rey memasuki kamarnya dengan gebrakan pintu yang sangat keras. Rey hilang kendali, tekanan yang ia pendam itu meluap di depan Asa.

Rey tahu, sangat tahu jika kata-katanya pasti akan menyakiti hati Asa. Rey juga kini mulai menyadari jika dia terlalu kasar pada gadis itu, tapi Rey tidak tahu harus melakukan apa.

Pria itu hanya duduk di kursi belajarnya sambil membenturkan kepalanya ke meja beberapa kali. Berharap amarahnya akan terlampiaskan dengan hal itu.

Kepala Rey melengos ke samping dengan keadaan pelipis menempel di meja, ia raih foto mereka bertiga, foto Asa yang sengaja dilipat.

Rey melepaskan foto itu dari frame meja, lantas membuka lipatan foto Asa. Ibu jari Rey mulai membelai wajah Asa lembut, satu tetes air berhasil mengalir dari salah satu matanya.

"Sa, gue tau lo udah jahat sama Clara. Tapi, kenapa rasa benci gue sama lo juga nyakitin gue."

"Maaf, Ra. Maafin gue yang sampai akhir pun nggak bisa lepas dari Asa, sejauh apapun gue paksain diri buat suka sama lo, hati gue tetep ada di Asa, dan gue benci sama hal itu, Ra."

"Gue benci sama semuanya, gue benci! Gue juga benci sama diri sendiri yang nggak bisa tegas sama perasaan gue."

"Gue harus gimana sekarang?" Rey terdiam selama beberapa saat.

Setelah amarahnya mereda, Rey turun ke dapur lagi. Dia mengambil botol minuman dingin di kulkas, dan melihat lantai dapur yang sudah bersih, shining, shimmering, splendid.

"Rey, maaf. Aku cuma pengen bikin jus prune--"

Suara Asa terngiang jelas di rungu Rey, membuat pria itu urung untuk kembali ke kamarnya. Rey mengambil blender dan buah plum, mencucinya, memotong, lalu menuangkan air ke dalam blender.

Iya, dia sedang membuatkan jus untuk Asa. Mungkin karena merasa bersalah?

Rey membuang sisa plum yang tidak terpakai di tempat sampah, dan di sana, dia tidak sengaja melihat pecahan piring dengan bercak darah yang cukup banyak.

Percakapannya dengan Elvan tadi sore tiba-tiba terngiang. "Lo udah bikin cewek baik-baik kayak Asa jadi rusak! Lo tau? Lo itu udah hancurin hidup Asa semenjak lo renggut keperawanannya, El. Nggak sadar?"

Saat itu Elvan terkekeh. "Lo tau apa, Rey? Orang yang bikin Asa berhenti selfharm itu gue, Fak! Tapi karena lo kasarin dia lagi cuma gegara Clara mati, selfharm Asa jadi makin parah, Njing! Kalo sampai dia kenapa-napa, itu berarti salah lo!"

Panik, Rey pun sontak mengambil kotak P3K dan menghampiri kamar Asa. Pria yang masih mengenakan seragam sekolah itu mengetuk pintu sebanyak tiga kali, namun tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Glek! Rey membuka pintu kamar Asa tanpa permisi, takut Asa pingsan di dalam sana. Netra Rey membesar setelah melihat sesuatu yang tidak biasa sedang Asa lakukan.

Dia menggores lengannya sendiri? Asa? Benarkah itu? Begitu Asa menoleh ke arah pintu, cutter di tangannya langsung terjatuh. "Rey--"

"Lo udah gila?!" Rey bergegas menghampiri Asa, dia menarik tangan Asa yang berdarah.

"Kenapa? Peduli? Dari dulu aja lo nggak pernah peduli, Rey!" Asa mendorong Rey dan segera menutup lukanya dengan lengan sweater abu yang ia kenakan.

"ASA!"

"Apa?! Takut gue meninggal terus gentayangin lo? Gue nggak akan mati, Rey. Lo nggak akan tau seberapa banyak gue berusaha bunuh diri, tapi ga bisa karna gue takut mati! Gue cuma berharap suatu hari nanti gue bisa mati karena kehabisan darah."

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang