DASA 43

45.1K 5.7K 7.2K
                                    

Rey mendudukan Asa di bibir ranjang, pria itu mengambil alat pemotong kuku, lalu mulai memotong kuku Asa. "Kuku Asa nggak boleh panjang!"

"Tapi panjang bagus, Rey."

Rey menunjukkan bekas luka akibat kuku yang memerah meski tidak berdarah. "Kayak gini bagus?!"

Asa menunduk, membiarkan Rey memotong kukunya dengan posisi duduk di karpet bulu. "Maaf, Rey."

"Maaf, Rey kasar barusan. Rey lagi kesel banget sama Elvan." Rey memang terlihat kesal malam ini, ia terus memasang wajah cemberut.

"Nggapapa kok, cemburu itu wajar."

"Siapa yang cemburu? Orang Rey cuma kesel doang, ngapain coba dia mau pegang-pegang Asanya Rey. Huh?"

Bibir Asa melengkung ke atas. Dia berusaha mengambil napasnya yang tiba-tiba terasa sangat sesak, Asa bahkan tersengal-sengal hanya untuk mengais oksigen.

"Sa?" panggil Rey ketika sadar dengan Asa yang sesak napas. "Kenapa?"

"Oh? Nggapapa, Rey. Sesak aja rasanya."

"Tiduran," Rey membaringkan Asa di ranjang, lantas menyelimutinya. "Kamu pasti kecapekan ya?"

Asa menggeleng. "Enggak kok, aku seneng udah diajakin jalan-jalan sama Rey. Beliin baju buat Mas Debay juga, hehee."

Rey tersenyum sangat tipis, senyum khawatir dengan Asa yang hari ini tampak sangat pucat. Rey mencoba memegang kening Asa dan keningnya sendiri, memeriksa suhu tubuh Asa lewat perbandingan tubuhnya.

"Nggak panas, Rey kirain demam."

"Efek bunting kalik, Rey." Asa menimpali sekenanya.

"Yaudah bobok buruan!" Rey melompat ke ranjang, dia duduk di samping Asa yang sedang terbaring.

"Rey mau apa? Nggak bobo?"

"Mau belajar, besok kan ujian." Rey mengambil buku pelajaran dan mulai membacanya sambil mengusap-usap pelipis Asa.

"Eh iya, semangat Mas Husbu."

"Aaaaaaaah, bikin pengen bobo aja sambil cuddling." Rey menutup wajahnya dengan buku yang terbuka.

"Yang semangat belajarnya." Asa makin nempel, gadis itu mendekatkan kepalanya ke tempat Rey dan memeluk perut Rey dengan satu tangan.

"Bobok, Sa. Kasian Mas Debaynya nanti kecapekan."

"Rey," panggil Asa lirih. "Hm?"

"Kalau Mas Debaynya keluar," Asa mengantungkan ucapannya, ingatan gadis itu malah melayang pada ucapan Rey beberapa bulan lalu.

"Gue cuma harus nunggu anak itu lahir, kan? Setelahnya, gue bakalan talak lo dan lo nggak boleh nolak. Inget, ini perjanjian kita."

"Setelah Mas Debaynya keluar kenapa?" tanya Rey makin penasaran karena Asa berubah diam.

"Enggak!" Asa membenamkan wajahnya di tubuh samping Rey. "Nggapapa, Asa ngantuk."

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang