DASA 55

41.9K 5.3K 7.4K
                                    

Happy Reading...

Rey sampai di parkiran pemakaman ketika ia mengecek ponselnya, panggilan tidak terjawab dari Asanya. Rey buru-buru menelponnya kembali, tetapi tidak ada jawaban.

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Nisha berlari ke tempat Asa terkapar, dia sangat terkejut dengan darah yang menyebar di lantai, apa lagi pecahan kaca vas dan bunga layu yang tercecer.

"Asa!" Nisha langsung mengangkat tubuh bagian atas Asa dan mulai terisak. "Bertahan, Asa! Bunda mohon."

Nisha memeluk Asa erat-erat, tangan kanannya meraih ponsel untuk menelpon ambulan. Namun, panggilan Rey muncul di layar ponsel warna merah muda itu.

"Asalamualaikum, Rey, Rey tolong. Asa pingsan, dia pendarahan."

"Kok bisa, Buna?! Rey kan minta Buna jagain Asa bentar aja."

Rey terdengar marah, tetapi lebih seperti marah pada diri sendiri karena telah meninggalkan Asa. Rey selalu seperti itu, jika ia marah pada diri sendiri, maka orang terdekat akan mendapat imbasnya.

"Maaf," Nisha semakin terisak. "Maafin, Bunda."

"Barusan Bunda mau beli pembalut di supermarket, tapi karena takut kelamaan jadi Bunda ke warung sebelah, cuma lima belas menit aja."

"Tadi, tadi, hiks, tadi Asa juga bilang mau tidur. Bunda nggak tau, maafin Bunda, maafin Bunda."

***

Rey memegang tangan Asa yang sangat lemah, mereka sedang berada di dalam ambulans. Asa sudah mendapat pertolongan pertama, tetapi ia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Rey sangat terpukul, ia terus menangis dalam hening. Tadi, begitu sampai rumah, Rey langsung menaiki ambulan saat mobil itu berhasil membawa Asa masuk ke dalam mobil.

Alat bantu pernapasan menempel di wajah Asa, katanya dia butuh secepatnya sampai di rumah sakit karena kondisinya sangat membahayakan.

Rey mencium punggung tangan Asa yang terluka, tangan itu lagi-lagi di perban. Membuat perasaan Rey semakin terluka, pikirkannya melayang, membayangkan Asa melukai dirinya sendiri.

"Yang kuat By, Rey mohon." Air mata Rey mengalir membasahi perban di tangan Asa.

"Mas Husbu nggak siap kehilangan kamu, By. Bertahan ya?" Buliran kristal itu semakin mengucur deras, tidak peduli dengan petugas ambulans di dalam sana.

"Maafin Rey, maafin Rey udah ninggalin Asa lagi, maafin Rey. Maafin Rey yang malah nemuin Clara, harusnya Rey nggak nemuin Clara."

Sesampainya di rumah sakit, Asa langsung dipindahkan ke brankar dorong. Beberapa perawat dan dokter langsung melarikannya ke ruang intensif darurat.

"Asa kenapa?!" Tiba-tiba, Elvan datang dari arah samping dan memegang ujung brankar tempat Asa terbaring, dia sangat terkejut melihat bekas darah di sekujur tubuh Asa.

Rey menarik Elvan menjauh sehingga mereka bertengkar sementara waktu.

"GUE TANYA ASA KENAPA?!" tanya Elvan nyolot sambil menarik kerah jaket Rey.

"APA PEDULI LO, EL?! DIA ISTRI GUE SEKARANG!"

"GARA-GARA LO JUGA DIA KAYAK GINI!" Rey mendekati telinga Elvan, dan berbisik. "Karena dia ngandung anak lo, nyawanya jadi taruhan, El."

"Rey--akkkkhhhh." Elvan memegang dadanya yang terasa nyeri, cengkraman di jaket Rey terlepas karena Elvan mulai oleng.

Elvan pingsan dalam sekejap. Beberapa perawat di sekitar UGD langsung mendekati pria itu, sementara Rey masih terpaku di tempatnya berdiri, tidak percaya dengan kondisi Elvan sekarang. Dia sakit?

DASA (END)Where stories live. Discover now