DASA 49

42.5K 5.6K 7.3K
                                    

Karena DASA 48 eror, nggak bisa dikomenin. Na update lagi nggak ngikutin target komen ya, yang ini eror juga kah?

°°°

Happy Reading...

"Anemia aplastik?" ulang Rey. Pria itu sedang duduk di depan meja kerja seorang dokter muda yang baru selesai memeriksa Asa.

Tidak sekali, langsung dapat didiagnosa memang. Asa harus menjalani CT scan, pemeriksaan laboratorium dan sumsum tulang, juga berulang kali cek darah, bahkan sampai menjalani rawat inap sementara.

"Iya, Pak Rey. Sumsum tulangnya sudah mengalami kerusakan sejak lahir, sistem imunnya juga semakin menurun. Mungkin gejalanya sering ia rasakan, tetapi tidak pernah ia beritahu pada siapapun."

"Bukankah penyakit itu biasanya menyerang orang dewasa?" Rey masih mencoba positif thinking.

"Tidak semuanya seperti itu, Asa memiliki kelainan genetik sejak lahir. Tidak menutup kemungkinan ia akan terserang penyakit itu di usia muda. Terlebih lagi, ia sedang mengandung sekarang. Resiko pendarahan yang sulit berhenti mungkin akan terjadi...,"

"Tapi bisa diobati kan, Dok?" Rey semakin antusias, sangat yakin jika Asa dapat pulih. "Minum obat, makan sesuatu, olahraga teratur, kemoterapi, atau yang lain?"

"Anemia aplastik tidak sama seperti anemia biasa, Pak Rey. Bukan karena kekurangan zat besi, tetapi karena kelainan darah yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah."

"Lalu, apa yang akan terjadi pada Asa saya?" Mata Rey memerah, sangat takut mendengar kenyataan itu.

"Kita butuh donor sumsum tulang yang cocok. Tetapi karena Asa sedang mengandung, kita harus menundanya hingga proses persalinan selesai, akan sangat beresiko jika melakukan operasi dalam kondisi seperti itu."

"Apa Asa bisa bertahan tiga bulan lagi?"

"Bisa, Pak Rey. Pasti bisa, kami akan berusaha semaksimal mungkin dan memberikan transfusi darah terlebih dahulu...."

Rey berjalan keluar dari ruangan itu, dia hendak menemui Asa yang berada di salah satu kamar rawat inap vvip. Sebenarnya Nisha khawatir Asa akan menyakiti diri sendiri jika dibiarkan sendiri, tetapi karena pengalaman waktu itu membuat Rey memilih memasukkannya ke kamar vvip.

Detik yang sama, Asa bergerak mengambil gelas minuman kaca. Karena tubuhnya masih terasa lemas, gelas itu pun terjatuh dan pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.

Pyarr! Samar-samar Rey dengar pecahan benda dari dalam kamar tempat Asa dirawat, pria itu pun langsung membuka pintu dan melihat Asa yang sedang memunguti pecahan kaca.

"Apa yang Asa lakuin?!" sentak Rey mendekat, ia langsung memeriksa kedua tangan Asa. Matanya melotot cemas, Rey selalu mendadak kasar ketika sedang khawatir.

Asa membatu dengan tatapan yang mengarah pada Rey tanpa berkedip. "Rey--"

Rey membuang napas cepat, dadanya seperti baru saja berhenti berdetak karena terlalu takut jika Asa akan melukai diri sendiri lagi. Rey mengusap wajahnya, berusaha menahan emosinya agar tidak terlalu kasar di depan Asa.

"Asa duduk!" perintah Rey sambil mendudukan Asa ke bibir ranjang.

"Biar Rey aja yang beresin ini," Rey segera membereskan pecahan kaca di lantai, juga mengelap air jernih yang merambah kemana-mana.

Tangan Asa bergetar, dia terlalu kaget dengan reaksi Rey barusan. Asa terus bergeming tanpa mengeluarkan suara apapun.

Rey yang masih dalam keadaan berjongkok di lantai itu melihat tangan Asa yang terus bergetar, rasa bersalah kian menyelimutinya.

DASA (END)Where stories live. Discover now