DASA 51

42.1K 5.3K 7.8K
                                    

Happy Reading...

Rey memasuki kamarnya, membereskan semua barang-barang yang dapat memicu ingatannya tentang Clara.

Pria itu melempar beberapa barang ke kotak hitam berukuran sedang, niatnya akan dia buang agar semua kenangan-kenangan itu terbuang.

Foto dengan frame hitam itu juga ia lempar ke dalam kotak hingga pecah, jaket pemberian Clara, buku-buku bacaan yang pernah Clara pinjam, jam tangan hadiah ulang tahun Rey, dan masih banyak lagi.

Rey membawa kotak yang sudah ditutup rapat itu keluar kamar, dia akan membuangnya besok.

Setelah semuanya beres, Rey pun menarik Asa masuk ke dalam kamarnya. "Mulai sekarang kita tidur di sini, kamar ini bakalan jadi milik Asa juga."

"Kenapa nggak tidur di sana lagi?"

"Di sini lebih luas, kamar mandi juga ada, jadi nanti Asa nggak perlu mandi di kamar mandi utama. Biar Rey aja yang liat Asa pake handuk, yang lain jangan."

"Kan cuma Buna--"

"Iya siapa tau ada temennya Buna atau temennya Rey main ke sini," tegas Rey sekali lagi.

"Saltingnya lucu ya, Mas Husbuuu."

Dada Rey berdebar lagi, sudah lama ia tidak mendengar panggilan itu. Rey mengigit bibirnya, lalu oleng ke ranjang.

"Sini," Rey menepuk kasur sisi samping. "Bobo sini! Cepet!"

"Cepetan, jangan berdiri terus di situ!"

Karena tidak kunjung bergerak, Rey menarik tangan Asa dan membaringkan gadis itu memunggungi Rey. Lantas, pria dengan piama spongebob hitam itu memeluk tubuh Asa dari bekakang.

"Rey!" panggil Asa pelan. "Hm?"

"Nggak tau kenapa, aku rasanya kayak khawatir gitu sama sesuatu."

"Khawatirin apa, By?"

Asa memegang tangan Rey yang mengelus perutnya. "Apa kita bisa kayak gini terus?"

Rey tidak menjawab, pria itu malah semakin mendekat ke tubuh Asa dan membisikkan sesuatu. "I love you, By."

Bibir Asa ternganga kecil, ritme jantungnya semakin melonjak drastis. Kalimat itu benar-benar terdengar sangat tulus, membuat hati Asa menghangat.

"Kayaknya aku bakalan jadi orang terberuntung sedunia, Rey. Punya kamu," Asa menimpali dengan suara setengah berbisik, tetapi tetep mampu terdengar di rungu Rey.

"Udah, bocan buru. Besok kita piknik sama Buna sama Om Liam."

"Aku nggak bisa tidur, Rey. Seneng banget."

"Ish," Rey pindah ke sisi samping, kini ia berhadapan dengan Asa. "Bobo sini Rey kelonin."

Rey menarik kepala Asa ke dadanya, kedua tangan Asa terlipat seolah sedang menjadi pembatas antara tubuh Rey dan tubuhnya sendiri.

Beberapa detik kemudian, Asa menjauhkan kepalanya dan sedikit naik menatap wajah Rey. "Asa malah kepikiran nama buat Mas Debay, Rey. Biar kita bisa manggil namanya, enggak pakai panggilan Mas Debay lagi."

"Siapa? Udah ada rekomendasi?"

"Hameez bagus nggak? Artinya laki-laki yang kuat, cerdas, dan gesit. Cocok nggak buat Mas Debay?"

"Hameez? Nanti panggilannya siapa dong? Hamham? Haammmmboh? Meez? Omeez? Otak mesum?"

"Ih, Reeey. Meemeez kan ucul."

"Ya kalik, Sa. Cowok dipanggil Meemeez, nanti pada kepleset manggilnya Meemeek gimana?"

"Reeey!" Asa cemberut. "Tapi Hameez bagus."

DASA (END)Where stories live. Discover now