DASA 03

74.7K 7.3K 2K
                                    

"Karna gue ga ada kegiatan, kita main yuk?" Elvan mengiring Asa keluar dari gedung sekolah, tangannya masih merangkul bahu Asa.

"Nggak bisa, El. Hari ini aku ada bimbel sampai jam tujuh, dan tentor privat di rumah sampai jam sepuluh malem."

"Bolos aja lah? Lo nggak belajar seharian juga gabakalan bego kalik."

"Nggak bisa, El. Nanti Papa marah lagi sama aku, nilai aku aja masih belum sempurna."

Mendengar itu, Elvan melepaskan rangkulannya pada bahu Asa. "Yaudah!"

Terselip rasa kekecewaan di dalam suara berat Elvan. Memang tidak terlalu kentara, namun sikapnya sangat jelas di mata Asa.

Elvan berjalan mendahului Asa, menyusuri selasar dengan langkah cepat menuju parkiran. Tampaknya, Elvan sedang merajuk.

"Percumah banget Elvan macarin lo," sindir Aurel yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Asa dengan kedua tangan terlipat di bawah dada.

"Lo bahkan nggak pernah ada buat Elvan di saat dia butuh lo. Elvan kena skors tiga hari gegara mukulin Rey, dia pasti butuh penghibur sekarang."

Aurel menatap Asa sinis, sangat dengki dan iri. "Tapi, pacarnya yang dia belain itu malah sibuk belajar."

Asa menatap sahabat Elvan sedari orok itu lekat-lekat. "Aurel--"

"Elvan buat gue aja ya?" tanya Aurel dengan entengnya.

"Lagian, gue kan yang selalu ada buat dia? Nggak kayak orang yang gue kenal." Aurel menatap Asa dari atas ke bawah, sangat jelas jika orang yang gue kenal itu merujuk pada Asa.

"Lo itu nggak guna jadi pacar, tau nggak? Gue heran, apa sih yang Elvan suka dari lo? Tt juga b aja."

Asa ingin membalas kata-kata mutiara Aurel, tetapi gadis berambut panjang dengan curly bagian bawah itu sudah lebih dulu pergi menyusul Elvan dan merangkul lehernya.

Terlihat sangat akrab.

Melihat Elvan tersenyum bersama Aurel saja, hati Asa terasa sangat panas. Mereka memang belum jauh, mungkin baru sepuluh meter.

Asa menimang selama beberapa saat, lalu kata-kata yang tidak pernah dia pikirkan itupun mencuat begitu saja.

"IYA, AKU MAU."

Suara lantang Asa membuat langkah kaki Elvan berhenti. Baik Elvan maupun Aurel, mereka langsung menoleh ke belakang.

Asa berlari mendekati Elvan dan memeluk lengan kanannya, berusaha menjauhkan Elvan dari Aurel. "Aku mau, main sama kamu."

"Serius?" Binar di mata Elvan terlihat begitu jelas. "Bimbel lo gimana?"

"Telat dikit nggapapa kok," balas Asa tanpa berpikir panjang.

Aurel menghela napas kesal seraya merotasikan bola matanya jengah. Gadis caper!

Kini Elvan mulai sibuk mengobrol bersama Asa, sampai-sampai Aurel yang masih stay di posisi tadi pun terlupakan di belakang sana.

Aurel tertawa singkat, kemudian menyunggingkan senyum kecut. Aurel jelas sangat membenci Asa sejak gadis itu datang di kehidupan Elvan.

***

Bising suara beberapa orang yang sedang bermain game mendominasi ruangan berukuran enam puluh meter persegi itu.

Di warnet game online bernuansa gelap dekat sekolah, Asa duduk di kursi ujung samping Elvan yang duduk di kursi dekat dinding.

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang