DASA 56

41.8K 5.6K 7.6K
                                    

Double up lagi
Jangan cefat-cefat.

°°°

Happy Reading...

Rey, Nisha, dan Liam menunggu di ruang tunggu operasi selama berjam-jam. Seorang perawat berlari keluar masuk membawa kantong darah, hal itu kian membuat pihak keluarga semakin panik.

Beberapa saat kemudian, seorang perawat laki-laki keluar dari balik pintu kaca besar. "Kami membutuhkan darah lebih, golongan darah O sudah habis dan kami membutuhkan donor secepatnya--"

"Saya!" sela Rey mantap. "Golongan darah saya O juga."

Perawat itu mengangguk. "Baiklah, mari ikut saya untuk menjalani pemeriksaan terlebih dahulu."

Rey menatap Bundanya, Nisha hanya mengangguk karena di antara mereka yang bergolongan darah O hanya Rey seorang.

Rey pun mengikuti perawat tadi, menjalani serangkaian tes jika darahnya layak untuk didonorkan. Perawat tadi mulai mengambil darah Rey di salah satu ruangan terdekat dengan ruang operasi.

Karena darurat, setidaknya ada tiga kantong darah yang diambil dari tubuh Rey. Tidak sekaligus memang, awalnya hanya satu kantong, lalu perawat itu keluar lagi, mengambil darah Rey lagi sampai dua kali.

Wajah Rey terlihat sangat pucat, zat besi dalam darahnya turun drastis. Nisha segera memberikan makanan sehat agar Rey dapat pulih secepatnya.

Rey berjalan menyusuri lorong menuju ruang tunggu operasi, tubuhnya terlalu lemas sehingga ia terjatuh. Tangan Rey bergetar, baru kali ini ia merasa sangat tidak berdaya.

Perawat itu keluar lagi dari ruang operasi, dari raut wajahnya saja sudah terlihat jika mereka masih membutuhkan darah.

"Biar," ucap Rey sangat lirih, pria itu berusaha berdiri. "Biar saya do-norin la-gi."

"Tidak, ini sudah di luar batas. Saya tidak berani mengambil--"

"Terus kalian mau Asa saya mati?!" Rey meninggikan suaranya. "Ambil darah saya! Ambil darah saya lagi! Ambil sebanyak mungkin asalkan Asa bisa selamat!"

"Ambil--" Pandangan Rey mendadak berkunang-kunang, pria itu menggeleng pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa seperti akan meledak.

Brugh! Rey akhirnya ambruk membentur ujung kursi tunggu. Nisha, Liam, maupun perawat tadi sontak mengangkat Rey ke ruangan tadi dan memberinya infus.

***

Di sisi lain, Elvan tertidur di ranjangnya sambil menatap cairan merah yang bergerak dari dalam tangannya menuju kantong darah.

Dia baru saja sadar dari pingsannya, dan langsung mendapati info yang menyatakan pihak rumah sakit sedang membutuhkan donor darah.

Begitu tau jika pasiennya adalah Asa, Elvan langsung memaksa dokternya untuk mengambil darahnya meski sebenarnya tidak diperbolehkan karena dapat membahayakan kondisi Elvan sendiri.

Asa, aku tau kamu kuat! Aku rela pergi jika hal itu akan membuatmu bahagia, tapi tolong bertahan! Batin Elvan dengan tatapan menerawang, satu tetes mengalir menuju pelipis lalu turun ke bantal tipis.

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang