14. Persiapan

11.3K 1.2K 64
                                    

Hi? Hi? Hi? Ini bukan suara kunti wkwk. Makin random sumpah lu Arga, aneh!

Udah lama banget ga update, masyaallah!

Bukan berarti hiatus, ini aja udah update, kan?

Selamat membaca, bunda.

*****

"Dress yang tadi lo kasih ke Nathalie warna apa?" tanya Logan tanpa menatap ke arah Azel. Ia terlalu sibuk memilih setelan baju yang tepat pada lemari besar untuk digunakan ketuanya tersebut.

"Gak jauh beda sama kain kafan," jawab Azel sekenanya yang langsung ditimpal oleh Happy. "Itu putih, dodol!"

Ya, di sinilah tempat mereka bertujuh tengah berkumpul, lebih tepatnya di dalam kamar Azel dengan adiknya. Mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan kencan pertamanya ini. Mulai dari pakaian, look, gaya bicara, sampai strategi jitu demi mendapatkan hati seorang perempuan. Karena jika tidak dibimbing, Azel mana bisa!

"Ya udah, pake itu aja," final Logan memberikan setelan baju berwarna putih yang baru saja diambilnya dari dalam lemari kepada Azel. "Buru ganti, biar nanti langsung gue siapin sepatunya. Entar, sekalian gue kasih ke dalem aja, ya."

Saat Azel sudah masuk ke kamar mandi atau ruang ganti yang ada di dalam kamarnya. Kini waktunya mereka bisa leluasa memperbincangkan ketuanya tersebut tanpa terdengar sedikitpun olehnya. "I'm speechless about him," ujar Prince membuka suaranya yang disusul oleh Kenzo. "Me too."

"Sama, Nyet! Terharu gue juga. Kapan lagi coba ketua lo pada kencan sama cewek idamannya?" Happy menambahi dengan gestur menangis yang berlebihan, padahal nyatanya tidak ada satu pun bulir air mata yang jatuh dari pelupuknya. "Idaman menurut dia doang, sih. Kita mah enggak."

"Jangan gitu lo! Gue bilangin ke Azel sia!" ancam Logan membuat nyali Happy menciut. "Eh, btw kok bisa ya ujug-ujug si Nathalie maksa ngajakin kencan duluan gitu? Tiba-tiba jadi jinak anjir."

"Ya, bisa lah! Orang cowoknya Azel," sewot Happy. "Oh, berarti sekarang lo yang ngeraguin dia? Gue aduin sia!" Ternyata, dua-duanya cepu pemirsa.

"Kalo cowoknya Calvin baru ragu gue," sambung Abi tiba-tiba ngelunjak. Hitung-hitung menghibur diri sejenak tanpa memikirkan Ghea di hidupnya.

"Eh! Dari tadi gue diem, ya, Sat!" sahut Calvin tak terima. "Dua minggu lo diem-diem bae rasanya tuh dunia tentram, aman, nyaman. Sekalinya ngeluarin suara malah bau lambung, njir! Daripada ngebacot, mending mikirin balik sepupu lo aja tuh! Giliran nanti Azel udah taken aja, baru lo bingung kayak cacing kepanasan."

"Udahlah, yang vibes-nya kayak abis kena azab kubur diem aja," balas Abi yang langsung diludahi oleh Calvin, membuat gelak tawa teman-temannya itu memenuhi seisi ruangan. "BAU JIGONG BABI."

Tak tahan, Abi langsung bergegas menuju kamar mandi dengan kondisi mata yang terpejam. Berniat membersihkan wajahnya dari ludah bernajis yang hinggap di wajah berharganya. Digedornya pintu berkali-kali tak berperasaan, hingga menampakkan sosok Azel yang sudah siap dengan setelan bajunya.

Sempurna adalah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan penampilannya malam ini. Kemeja berwarna putih bersih dengan tiga kancing atas yang dibiarkan terbuka, celana jeans, sneakers dengan warna serasi, dan model rambut yang disampirkan ke atas pun menjadi pelengkap penampilannya malam ini. Hingga tak sadar, sejenak Abi dibuat terkesima melihat sosok figuran di hadapannya itu.

GAZELLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang