62. Revenge

5.4K 695 1K
                                    

Demi apapun ini mah dikit lagi ending nggak boong. Siapin mental, jiwa, dan raga, oke?👍🏻

Gak ada bosen-bosennya juga aing ngingetin ke bunda-bunda sekalian buat selalu vote + komen di setiap chapternya. Kalo di setiap paragraf lebih bagus lagi, sungkem dah🙏🏻

Ready? Udah vote + komen? Udah siap semuanya? Silakan membaca, bunda.

*****

Sembulan kepala pada pintu membuat atensi Alena teralihkan dari Al-Quran di tangan. "Aa? Kenapa?"

"Boleh masuk, Bun?" tanya Azel yang dibalas dengan anggukan dan senyuman kecil.

Melangkah masuk ke dalam kamar menghampiri ke arah sang bunda yang baru saja selesai menunaikan ibadah sholat malam kemudian disambung dengan tadarus surat-surat pendek yang ditujukan kepada setiap jiwa yang telah tiada. Duduk bersebelahan di luar area sajadah, menatap Alena yang begitu cantik dengan balutan mukena di seluruh bagian tubuhnya.

"Malem-malem rapih banget? Mau kemana? Night ride?" tebak Alena pada putra sulungnya itu.

Azel menggeleng. "Bukan, Bun. Aa mau pergi buat merjuangin keadilan yang masih ada dan tersisa."

Mendengar itu, lantas Valeron yang sedang bermain lego di kamar orang tuanya memutar kepala. "Terus nanti Aa pulang jam berapa? Jangan tinggalin Eyon tidur sendirian malem ini, ya? Eyon takut rasanya."

Lengkungan tipis terbit pada bibir. "Gak tau bakal pulang ke rumah lagi apa nggak, Yon," jawab Azel.

Alena mengerjapkan mata, membawa Azel ke dalam pelukan hangatnya, mengelus rambutnya yang tebal nan lembut berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Jangan mikir kayak gitu. Niat Aa udah baik, baik banget malahan, mulia. Semua yang udah direncanain matang-matang, ngabisin banyak waktu bahkan mungkin sampai ngorbanin diri sendiri insyaallah pasti akan terbalas nantinya. Entah sekarang, besok, lusa, minggu depan atau di kemudian hari yang akan datang. Usaha, doa, juga upaya harus jalan beringinan. Inget itu terus, ya?"

"Seorang Gazelle Arcanio Zevallo yang hadir ke bumi pada bulan kemerdekaan di tanggal tujuh memang sudah dilahirkan sebagai pejuang, dan tentu wajib hukumnya untuk berpikir optimis, ya?" ujar Alena. "Optimis kalo dia bisa, bisa, dan pasti bisa untuk ngelewatin semua rintangan yang ada sampai titik darah penghabisan. Itu definisi singkat pejuang."

"Kalo hopeless itu cuma untuk para pecundang, kan, ya, Bunda?" tanya Valeron ikut bergabung ke dalam dekapan Alena dan Azel yang begitu erat rupanya.

Mengurainya perlahan, menatap lekat putra-putra tampan di hadapannya itu, memegangi pundaknya yang terasa amat kokoh. "Iya, betul. Dua jagoan bunda semuanya harus jadi pejuang, ya? Jangan mau jadi pecundang, karena nggak keren. Oke?"

"SIAP, BUNDA!!"

Alena bergerak mendekatkan tubuhnya, diciumnya kening Azel sebagai bentuk kasih sayang serta atas penghargaan segala jerih payah selama ini. Sukses menyihirnya, memberi sebuah pesan tersirat untuk dirinya tersendiri. "Bunda percaya dan yakin sama Aa. Kerahin semua tenaga, lakuin semaksimal yang Aa bisa, dan jangan ngecewain Ghea di atas sana."

Membalasnya tepat dengan kecupan di tangan, Azel bangkit berdiri menuju arah pintu. "Pamit, Bunda. Akan diusahakan untuk pulang membawa kabar baik, meski tidak janji. Satu yang perlu diingat, beberapa hal terkadang berjalan tidak sesuai rencana. Rela dan ikhlaskan yang pergi jauh."

GAZELLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang