60. Peristirahatan Terakhir

8K 732 282
                                    

Tau kok tau, di chapter kemarin kayak naik roller coaster ya bunda. Sedih, kesel, otak pake ngebug segala. Tapi tenang, aing nulisnya juga sampe demam kok👍🏻

Sekarang, di chapter ini kudu siapin diri lagi karena something big is coming. Pokoknya gak bakal aing kasih napas sampe ending😮‍💨

TAPI SEBELUMNYA DIMOHON DULU DONG VOTE DAN KOMENNYA BUND‼️

Selama membaca, bunda.

*****

Langit yang mendung, hembusan angin dari segala arah yang kencang, rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi seakan benar-benar menemani jasad sosok gadis mungil bernama Ghea Anesta Rasega hingga tiba di peristirahatan terakhirnya.

Pagi ini, sekitar pukul sembilan pagi. Azel menyapu pandangan ke seluruh area pemakaman yang telah dipenuhi oleh berbagai rombongan. Di antaranya, Keluarga besar Rasega, Zevallo, Gradivos, SMA Adhiyantara, dan lainnya yang dilingkupi duka.

Dilihatnya satu per satu kumpulan berpakaian hitam mulai meninggalkan area dengan payung di tangan menghadap langit. Mengambil langkah menyisakan kepedihan sesak yang begitu mendalam, juga rasa sakit tentang dirinya yang harus pulang lebih dulu ke dalam dekapan Yang Maha Kuasa. Kini, semua telah menjadi kenangan yang tersimpan baik di dalam memori abadi terindah sepanjang masa.

"Gue duluan, ya?" Dapat Azel rasakan tepukan pada bahunya yang berasal dari Prince. Dia mengangguk, sementara di pandangannya kini masih tersisa Om Lancer yang tengah berusaha menenangkan Tante Oliv, istrinya. Azel sangat paham, tentu berat bagi seorang ibu yang telah berjuang mati-matian dari melahirkan, membesarkan, hingga menjaga ketat putri tunggalnya namun harus berujung seperti ini.

Meninggalkannya lebih dulu dalam kondisi tragis dengan cara yang tidak bisa diterima begitu saja.

"Maaf, maaf, dan maaf." Azel ikut duduk bersimpuh diri di antara makam Ghea dan pasangan suami istri tersebut. "Cuma satu kata itu yang bisa aku ucapkan ke Om dan Tante. Aku akui, aku lengah. Janji suci dahulu yang sama-sama kita jabarkan nggak bisa aku lakukan dengan baik. Maaf sebesar-besarnya."

"Azel? Satu juga yang perlu kamu tau, kalo semua ini bukan sepenuhnya salah kamu." Sosok laki-laki yang dipanggil itu menengadahkan wajahnya dari semula posisi tertunduk. "Tapi, takdir dan orang-orang tak berperasaan di luar sana yang jahat. Kalau ditanya, "apa ikhlas?" sejujurnya Om dan Tante juga belum bisa nerima sepenuhnya. Tapi kita boleh buat apa?"

"Menentang? Itu sama aja kita ngeraguin kekuasaan Tuhan. Mau gimanapun juga, semua telah terjadi, nggak bisa diulang bahkan diperbaiki," lanjut Om Lancer. "Sekarang, kita cuma dituntut buat ikhlas. Nggak ada sedikit pun kekecewaan dari kami atas perlakuan kamu, Zel. Pesan kami cuma satu, cari takdir baru kamu. Begitupula dengan Om, Tante, dan yang lainnya. Kita gak bisa hidup seperti ini terus-terusan, hidup di atas bayang-bayang Ghea yang udah jauh lebih tenang di tempat nyaman."

Lalu, dengan segala rasa kerapuhannya, Om Lancer bangkit berdiri seraya membopong istrinya. "Sekali lagi, terima kasih banyak, Gazelle." Dapat Azel lihat dan tatap betapa lemahnya punggung itu bersama dengan langkah kaki yang berjalan melampauinya.

Hati yang hancur berkeping, di saat tenang menanti kehadirannya kembali dalam pelukan usang. Sosok buah hati dengan penuh cinta dan rasa kasih sayang, kini telah berpulang mendahului tanpa kesanggupan yang menghampiri. Dia, Ghea Anesta Rasega, bunga surga yang kelak dapat menjadi penolong terhebat.

GAZELLE [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora