59. Gadis Mungil-Nya

8.1K 699 217
                                    

DISCLAIMER DULU SEBELUM BACA‼️

Siapin mental, ya, bund? Sumpah gua sendiri pun bingung harus mendeskripsikan chapter ini kayak gimana. Gatau juga gimana respons bunda-bunda sekalian pas baca, ga kebayang.

Intinya, wajib vote sama komen dulu yang pasti, oke? Tarik napas, buang tahun depan.

Selamat membaca, bunda.

*****

Sejak pagi hingga menuju petang, waktu panjang yang digunakan Azel dan Nathalie untuk kembali pulang ke Jakarta menyusul lebih dulu pamit dari Bandung nekat dengan mengendarai motor sport Draco yang dipinjamkannya. Tanpa istirahat pada perjalanan maupun ketika tiba di lokasi, keduanya segera turun memarkirkan kendaraan di seberang.

Nathalie menahan pergerakan langkah lelaki yang lebih satu kaki darinya. "Sepi, Zel," ucapnya getir ragu-ragu. "Kamu yakin beneran ini tempatnya?"

Sebelum lanjut berjalan, Azel membuka ponselnya terlebih dahulu memastikan bahwa gedung besar menyerupai rumah tua dengan hawa kontras yang spesifik tepat di hadapannya ini benar tujuan yang dikirimkan oleh Logan lewat fitur send location.

"Itu ada motor anak-anak sama Titan," tunjuk Azel ke area lapangan luas di samping gedung tersebut berada. "Keep calm, Nath. Everything's gonna be okay, trust me. Tenang, ya? Always by my side."

Lalu, dengan keberanian penuh, fokus memusat dan segala persiapan berjaga melindungi diri khawatir jika terdapat serangan secara tiba-tiba. Keduanya lanjut melangkahkan kaki dengan tegasnya masuk berdampingan ke area dalam lewat pintu belakang.

Beberapa hal yang Azel dan Nathalie tangkap ketika menginjakkan kaki di sana. Sepi, sunyi, dan dingin.

"Gelap banget, Zel." Satu lagi, pencahayaan yang minim sehingga Nathalie menyalakan flash lewat ponselnya. "Gak ada orang. Ini sama sekali nggak ada unsur penyekapan berarti, apa kita dijebak?"

BRAK!

Suara pintu terbanting keras seketika memenuhi indra pendengaran mereka. Nathalie yang terkejut bukan main refleks berjongkok memejamkan mata.

"Bukan, Nath," ujar Azel. "Pintunya ketutup karena angin dari luar." Uluran tangan besar itu datang ke arahnya. "Di bawah gak ada siapa-siapa, kita lanjut ke atas aja. Tapi tetap hati-hati, jangan teriak satu patah kata pun, kita belum tau ini aman atau gak."

"Kamu gak mau coba hubungin yang lain dulu kalo kita udah nyampe? Logan gitu misalnya? Ini terlalu berisiko, Zel," tutur Nathalie seraya bangkit berdiri.

"Udah, Nath," jawabnya. "Berkali-kali gue call sama kirim chat tapi nggak ada balesan, gue juga bingung apa yang sebenernya terjadi. Di mana Ghea-nya?"

Raut gelisah mulai menghiasi wajah cantik Nathalie, dia tahu seberapa berbahayanya geng besar warisan dari Keluarga Heleos itu. Licik, rumit, dan celaka.

I feel it in myself, batin perempuan hancur tersebut.

"Sekarang, kita lanjut ke atas, oke?" Kini, Nathalie mengangguk walau ekspresinya terlihat tak yakin.

Dia trauma, masih dan sangat.

Menaiki satu per satu anak tangga yang melingkar curam dengan genggaman erat. Menciptakan suara jejak sepatu yang beradu pada ubin dingin berniat memancing atensi, meski masih tetap sunyi tanpa dirasa terdapat pergerakan apa pun. Detak jantung yang mula-mula tenang, kini ikut bergabung sesuai dengan nada arah jarum jam yang bergerak kaku.

GAZELLE [END]Where stories live. Discover now