61. Rasa yang Berbeda

6.1K 618 255
                                    

Hmm? Capek ya di 2 chapter kemarin? Udah pasang kostum badutnya belum? Besok kita ngebadut lagi soalnya, biar makin pusing🤡

Capek? Boleh. Pusing? Boleh. Lupa vote + komen? Nggak boleh! Tampol online nih👊🏻

Buruan ditungguin nih vote sama komennya, udah belum? Kalo udah, makasi banyak!!!

Selamat membaca, bunda.

*****

Sepinya keadaan kelas 12 IPS 1, menyelesaikan tugas piket hari ini, Nathalie berniat untuk langsung pergi bergegas pulang. Namun, netranya mendapati sosok yang terduduk di bagian belakang paling pojok. Azel, mantan kekasihnya yang ternyata masih belum usai juga mengerjakan remedial mata pelajaran sejarah.

Dari sekian banyaknya mata pelajaran yang terdapat di dunia ini, semua masih bisa dimaklumi oleh Azel. Tapi tak dengan sejarah! Menurutnya terlalu pusing ketika harus mendalami segala kisah yang terjadi di muka bumi ini. Membaca, menghafal, sampai entah kapanpun itu akan berakhir. Hingga tibanya di saat hasil penilaian harian itu dibagikan, sudah ditebak pasti akan di bawah KKM, dan benar saja faktanya.

53

Diberi kesempatan oleh Bu Yolan memperbaiki nilai setidaknya bisa menyentuh batas kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan Nathalie? Perempuan tersebut berhasil membabat tuntas soal, tertinggi pertama di kelas dengan nilai sempurna. Berbeda 180 derajat dibanding pemikiran Azel, menurutnya, tidak ada kisah yang ditakdirkan untuk terjadi sia-sia begitu saja, pasti ada alasan tertentu dari sang pencipta. Dan wajib hukumnya untuk diabadikan entah dalam bentuk apapun itu. Tulisan, visual, maupun hanya di dalam benak, kepala, dan hati masing-masing tokoh.

Kisah diciptakan untuk abadi.

"Ada yang bisa dibantu, Tuan Muda Gazelle?"

Suara itu membuat Azel mendongakkan kepalanya, menatap Nathalie yang kini duduk di samping ikut menimbrung pada soal remedial. "Susah banget, Nath," jawabnya. "Nggak ngerti sama sekali."

"Hmm? Boleh open book, kan?" Yang ditanya hanya membalas dengan anggukan singkat sudah frustrasi duluan. Nathalie membuka resleting tasnya, meraih sesuatu dari dalam. "Nih, liat aja dari LKS, lengkap kok di situ. Aku pinjem dari perpus buat belajar kemarin tapi belum dibalikin. Pake aja, Zel."

Azel hendak meraihnya namun ragu. "Sebelumnya makasih banyak, loh, Nath. Tapi jujur, gue pusing duluan ngeliat tumpukan tulisan. Boleh bantu gue cari jawabannya nggak? Jadi, tinggal lo tandain di LKS-nya, nanti gue salin. Gimana? Ngerepotin, ya?"

"Ya ampun, udah dikasih bahan masih kebanyakan ngeluh aja. Dasar males!" Lelaki itu meringis saat Nathalie meraup wajahnya. "Inget, cuma buat kali ini doang, ya? Selanjutnya gak mau. Jangan males!"

Bukan perkara yang sulit bagi Nathalie, apalagi soal tentang sejarah umum. Dengan senang hati tanpa butuh waktu banyak dan panjang, dapat dilihat begitu mudahnya dia menandai jawaban demi jawaban dari soal-soal remedial tersebut.

Selagi mengerjakan, juga sembari perempuan itu membahas perihal rencana yang akan terlaksana dua hari lagi juga yang dipimpin olehnya sendiri pada hari lalu. "Oh iya, Zel. Kamu udah make sure tentang semuanya ke anak-anak, kan? Ini beneran sakral, kesempatan terakhir kita buat bela keadilan yang ada. Jadi tolong jangan lengah begitu aja, ya?"

GAZELLE [END]Where stories live. Discover now