Tekanan batin

2.5K 297 17
                                    

"Ketemu!"

Benua berjongkok dan mendapati Asia yang meringkuk di atas kursi panjang.

Kalau seperti ini, mereka terlihat sedang bermain petak umpet.

Rambut panjang Asia terurai ke bawah, menutupi sebagian wajahnya. Ngeri juga!

"Bangun! jangan cosplay jadi kuntilanak," tegur Benua.

Sebal. Asia merasa di permainkan oleh cowok itu. Dengan muka malas, Asia beringsut bangun, mendudukkan dirinya dan menatap sinis Benua.

"Apa!" tantang Benua sambil melipat tangan di depan dada.

"Benua yang apa-apaan. Tega banget, biarin Raya duduk di tempat Asia!" serang Asia penuh emosi.

Cewek itu berdiri dari tempatnya, berjalan ke arah Benua dan berhadapan langsung pada cowok tinggi itu. Terlihat seperti anak sapi dan jerapah.

"Daripada tempatnya kosong."

"Setidaknya hargai Asia!"

"Lo tadi nggak datang."

"Kan bisa nungguin!"

"Gue udah nunggu."

Nunggu, katanya Benua barusan. Cowok macam apa yang menunggu dan membiarkan cewek lain duduk di sana.

Sial, emosi Asia mendadak memuncak. Biarkan tempat Asia kosong, biarkan dihuni oleh hantu, Asia benar-benar kecewa pada Benua.

"Sekalian duduk sama Raya terus!"

Asia pergi meninggalkan Benua yang termenung. Beberapa detik sampai kesadaran cowok itu pulih, baru dia kembali mengikuti Asia dari belakang.

Ternyata sudah sangat sore, matahari mulai terbenam dan langit menjadi lebih gelap. Dengan memberanikan diri, Asia masuk ke dalam kelas mengambil tas ransel berwarna biru miliknya. Bahkan, Benua tidak mengambilkan tas itu untuknya.

Asia terus berjalan, dia tau Benua masih mengikut di belakang. Sekali-sekali, Asia ingin Benua merasakan apa yang dia rasa.

Sebelum sampai di halte bus, tangan Asia dicekal oleh seseorang yang diyakini sebagai Benua.

"Lepas!" berontak Asia tanpa menatap pelakunya.

"Lepas Benua, kalau nggak--" Mulut Asia seketika terkunci rapat.

Bukan Benua yang mencekal tangannya, melainkan preman setengah mabuk. Ya Tuhan, kemana Benua. Hari semakin gelap, pikir Asia.

"Mau kemana adik manis," kata preman itu. Sumpah mulutnya bau bunga bangke.

Bukan Asia namanya, jika tidak menyingkirkan preman ini dengan mudah. Ide cemerlang terlintas di otaknya yang lemot.

"Abang mabok, ya?" tanya Asia basa-basi.

Preman itu mengangguk. "Minum tapi sedikit," jawabnya.

"Kalau begitu abang pulang deh."

Mendengar perintah Asia, preman tadi tertawa sumbang. Ck! bagaimana dia mau pulang kalau mangsanya masih belum dia dapatkan.

"Kalau gitu kamu ikut saya pulang, ya?!" paksanya, mulai menarik pergelangan kecil Asia.

Asia santai, menatap preman tadi dengan senyum jahil miliknya.

"Saya mau ikut, bang. Tapi, saya terkunci di sini.. nggak bisa kemana-mana," jelas Asia. Tentu berbohong.

Preman tadi menatap kebingungan, keningnya sampai berkerut.

"Saya bersyukur, ada yang bisa lihat saya."

Lihatkan, preman itu mengendurkan cekalannya. Yang tadi terlihat sangar kini terlihat seperti kucing ketakutan.

BENUA ASIA (END)✓Where stories live. Discover now