Menunggu Asia

3.9K 251 13
                                    

Hembusan angin menerpa wajah tampan tak terurus seorang yang dilanda rasa bersalah. Berhari-hari dia tersenyum dan menangis seperti orang gila, mengharapkan hal yang sangat sulit terjadi itu terwujudkan.

Benua merasakan setiap hembusan angin, rasanya seperti menghirup oksigen untuk bertahan hidup.

"Maaf, menjadi pintar belum tentu membuatku mengerti arti dari perjuangan.."

Penyesalan terus menghantui siang dan malam, hanya ada waktu untuk menatap jendela kamar yang saling terhubung. Di sana, dia melihat tawa, tangisan dan tatapan kosong dari seseorang yang amat dia cintai.

"Bodohnya aku, sadar saat kamu nggak di sini lagi."

Cowok judes itu menjadi cowok yang paling lemah, merindukan seseorang di tiap malamnya adalah siksaan terberat untuknya.

"Kembali, sayang.. kamu terlalu lama nyiksa aku."

Yah, bertepatan dengan tahun baru, hari ini sudah enam bulan Asia pergi meninggalkan semua kenangannya.

Asia benar-benar pergi, Dara menutup keberadaan anaknya. Benua setiap saat memohon, agar Tuhan memberinya satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Dia hanya ingin sahabat kecilnya kembali dan tak akan pernah di lepas lagi.

"Maaf.."

Benua terpuruk, setiap waktu hanya Asia dan Asia yang ada di pikirannya. Orang tuanya juga mulai khawatir mengenai kesehatan mental anaknya. Afni juga mencoba membujuk Dara, namun hasilnya tetap nihil.

***

2 Tahun Kemudian.

Tidak terasa semuanya berlalu begitu cepat, kenangan yang lalu biarkan di simpan rapat-rapat, kini hanya akan ada penyambutan untuk masa depan.

Gadis yang telah lama meninggalkan masa lalunya kini tumbuh dewasa dengan baik, kini Asia si gadis manja itu telah berumur 20 tahun.

Selama 20 tahun ini, Asia pergi dan menetap di luar negeri, tepatnya di Negara kincir angin-- Belanda. Asia menjadi pribadi yang dewasa, memiliki pemikiran luas, tetapi masih menyimpan rasa untuk satu orang saja.

"Benua.."

Bukan hanya Benua yang tersiksa, Asia lebih merasakan sakitnya.

"Benua.."

"Benua.."

"Hey! Non, Non Asia."

Wanita paruh baya mencoba membangunkan sang majikan, selama dua tahun ini majikan mudanya selalu mengigaukan satu nama saja, hampir di setiap malamnya.

"Non, bangun."

Mata Asia perlahan terbuka saat seseorang menyentuhnya dan mencoba membangunkan dirinya. Kering bercucuran, air mata mulai membasahi pipi dan tenggorokan Asia amat kering.

"Aku mimpi lagi?" tanyanya pada diri sendiri.

"Non, non akhirnya bangun juga.."

Wanita paruh baya itu adalah pembantu keluarga Asia, namnya Bi Indah.

"Bi, Asia ngigau lagi?"

Asia beringsut bangun dari tidurnya dan duduk sambil bersandar di kepala ranjang.

"Iya, non. Seperti malam-malam sebelumnya." Bi Indah menyodorkan air putih.

BENUA ASIA (END)✓Where stories live. Discover now