Pengakuan yang menyakitkan

2.8K 207 17
                                    

Benua menggendong Asia di punggungnya, mengajaknya sekedar berkeliling di sekitar pantai setelah makan malam.

Asia terlihat begitu bahagia sambil memeluk erat leher Benua.

"Jangan kencang-kencang peluknya," tegur Benua.

"Hehehe.. Maaf," kekeh Asia.

Rasanya tidak akan lelah menggendong Asia di pundaknya. Benua terlihat senyum-senyum sendiri saat Asia mulai mengoceh tentang masa depan mereka nanti.

Iya, mereka.

"Nanti kalau kita punya anak, namanya harus unik juga."

Belum juga nikah, Asia memikirkan yang belum pasti. Benua masih menyimak setiap perkataan Asia.

"Asia pengen punya anak kembar, harus pintar seperti ayahnya dan jangan mamanya, kalau soal cantik.. boleh ikut mamanya deh!"

Asia menghayalkan semua itu. Hidup bahagia tanpa ada gangguan atau masalah. Berharap semuanya akan menjadi nyata.

Angin berhembus kencang. Benua menurunkan Asia di salah satu batu besar dekat pantai dan dia sendiri mengambil tempat di sampaing cewek itu.

"Emang lo cantik?" tanya Benua dengan nada mengejek.

"Cantik dong! kalau nggak cantik, mana bisa pincut Benua, ya 'kan?"

Benua gemas. Dengan pelan dia mencubit hidung Asia.

"Lo nggak cantik, cuman pelet lo yang menarik," kata Benua sambil tertawa kecil.

Keduanya terdiam. Memandangi pemandagan pantai yang sangat indah di malam hari. Angin berhembus sedikit kencang dan membuat Benua membuka hoodienya lalu di berikan pada Asia.

"Pakai, jangan sampai lo jadi beku karena digini." Benua menyodorkan hoodienya dan dengan senang hati di terima oleh Asia.

"Benua nggak dingin?"

"Kan gue emang dingin."

Otak Asia ngelag. Dingin? oh maksud Benua sikapnya yang dingin, baru paham dia.

"Dingin, dingin begitu.. Asia tetap cinta, sayang, cinta mati, sayang sampai mati.." Mulut Asia kembali terbuka untuk mengoceh tidak jelas.

Sedetikpun saat mulut Asia terbuka, mata Benua tidak pernah lepas memandang sahabat sekaligus kekasihnya.

"Lo tau nggak?" tanya Benua tiba-tiba.

"Nggak."

Lagi-lagi Benua di buat tertawa. Belum juga dia melanjutkan kalimatnya.

"Gue itu seperti tanah dan lo tanamannya," lanjut Benua.

Orang pintar kasih perumpamaan memang sedikit berbeda dari yang lain, menurut Asia.

"Kok bisa?"

"Tumbuhan apapun yang di tanam di tanah yang nggak subur, pasti akan mati bener 'kan?" Benua makin membuat Asia kebingungan.

"Sama kaya cinta lo. Banyak cinta yang lo kasih ke gue, tapi lupa ngasih pupuk juga. Alhasil, benih-benih cinta lo nggak ada yang tumbuh di hati gue," lanjut Benua.

Kemudian berhenti. Kalimatnya berakhir sampai di sana tanpa ada lanjutan yang di tunggu-tunggu Asia.

Tidak ada cinta yang tumbuh?

Asia belum paham.

"Maksudnya, Asia belum paham?" tanya Asia masih membutuhkan penjelasan.

"Gue nggak ada rasa sama lo selain jadi sahabat, sesuai kata gue.. benih cinta yang lo kasih nggak bisa tumbuh," jawab Benua serius.

BENUA ASIA (END)✓Where stories live. Discover now