Part 11🌻

21K 1.9K 14
                                    

Jangan berpikir yang tidak-tidak tentangku, karena aku saja tak mengerti dengan apa yang terjadi pada diri ini -Albar Fatahillah

===

Tibalah waktu Maghrib beberapa menit Setelah Gus Fatah pulang dari kebun. Ia pun tentunya langsung bergegas pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya untuk ambil air wudhu. Tapi saat masuk ke kamar, entah sedang berada di mana, ia tak mendapati Liana di sana.

"Di mana dia?" tanyanya pada diri sendiri seraya mengernyit. Berencana mencari istrinya setelah berwudhu nanti, sekarang ini Gus Fatah lebih mendahulukan bersesucinya karena ia juga butuh pergi ke masjid untuk salat juga untuk mengimami para santri.

Ceklek.

"Astaghfirullah!" seru Gus Fatah mendadak saja sembari menutup matanya sebab terkejut dengan apa yang ia lihat seperkian detik setelah membuka pintu kamar mandi.

"Kyaaa!" teriak seorang wanita yang tentu saja Liana lah orangnya seraya memutar tubuhnya dan secepat mungkin membuntal handuk ke tubuh bagian atasnya yang belum tertutup secara benar, karena ia sendiri baru saja menyelesaikan membersihkan badan. "Ish Albee! Kenapa nggak bilang-bilang sih kalo mau masuk?" Omelnya tanpa balik badan ke arah suaminya.

"Aaah, maaf maaf." sesal Gus Fatah sambil mengalihkan tangannya dari pandangannya karena ia ingin menjawab pertanyaan istrinya itu, tapi secara bersamaan itu juga Liana agak menoleh ke arahnya, tapi tentu saja masih mempertahankan posisinya membelakangi pintu.

"Iiih, itu mata Albee di tutup, di tutuuup! Dinda belum pakai baju, maluuu!" teriak Liana merengek.

"Oh iya di tutup, di tutup." Gus Fatah kembali menghalangi pandangannya dengan telapak tangannya.

"Jangan ngintip!"

"Iyaaa, nggak ngintip nggak ngintip." Gus Fatah memutar tubuhnya lalu berjalan menuju ke arah ranjang menjauhi pintu kamar mandi, karena dia masih harus menjaga privasi istrinya, walau sebenarnya ia memiliki hak atas diri Liana itu sendiri. Selain untuk menghargai privasinya, Gus Fatah juga rada malu. Siapa juga yang tidak malu, masih pengantin baru, dan juga belum terbiasa akan hal sedemikian rupa tapi tiba-tiba mendapati pemandangan seperti itu.

Beberapa saat kemudian, Liana pun selesai dengan aktivasinya di dalam kamar mandi. Ia memanggil suaminya seraya berjalan masuk ke kamar. "Albee, udah,"

"Ah iya." Buru-buru Gus Fatah masuk ke kamar mandi tanpa menoleh ke Liana sedikit pun.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Liana memanyunkan bibir. Kenapa Albee tak menyapaku? Pikirnya.

"Huh sudahlah," lirihnya tak mau berpikir berlebihan tentang apa yang tak seharusnya di pikirkan.

~~~

Setelah Gus Fatah selesai wudu, pria itu langsung pergi ke masjid sedikit buru-buru, Dan sesampainya di masjid dirinya langsung pergi mengimami para jamaah yang berlangsung beberapa menit saja. Selesainya melakukan salat sebelum para santri bubar untuk kembali ke asrama masing-masing tentu saja ia juga harus mengimami wiridan dan baca doa.

Doanya pun akhirnya selesai dengan diakhiri dengan sholawat dan Alfatihah. Baru setelah itu para santri bergerak bubar menuju asrama masing-masing, tapi tentunya tidak semua santri, pasti akan ada beberapa orang yang tetap tinggal di masjid untuk beberapa saat dulu entah guna wiridan atau pun melakukan salat sunah. Gus Fatah pun melakukan hal yang sama, wiridan dan salat sunah dulu sebelum pulang ke ndalem.

Tak sampai setengah jam dalam mengerjakan ibadah sunahnya itu, Gus Fatah bersiap kembali untuk pulang ke ndalem sendirian. Tapi baru lima langkah kakinya menapak jejak di tanah, ia malah mengurungkan niatnya untuk kembali, karena sekelebat ingatan tentang kejadian tadi bersama Liana menghampiri dirinya. 

Tidak tahu mengapa tiba-tiba dia merasa malu untuk bertemu Liana, ia belum siap menemui istrinya saat ini. Jantungnya yang tadinya sebenarnya berdegup cepat tapi kembali tenang saat salat mendadak kambuh lagi gara-gara sekelebat ingatan itu.

"Daripada jantung terus berolahraga, mendingan aku bersilaturahmi dulu ke rumah Pak Danu." lirih Gus Fatah lalu balik arah dari ke ndalem-nya berganti menuju rumah salah satu ustadz pondok yang letaknya tak begitu jauh dari masjid.

~~~

Rencananya setelah Gus Fatah pulang jamaah, Liana akan berpamitan terlebih dahulu pada pria itu sebelum pergi ke asrama putri, tapi setelah ditunggu-tunggu dan beliau masih saja tak kunjung pulang ke ndalem, Liana memutuskan untuk tetap tinggal di kamar dan menunggu suaminya itu sampai pulang.

Sebenarnya tanpa berpamitan juga Liana bisa-bisa saja pergi ke tempat yang sudah diserahkan tanggung jawabnya kepadanya sebagai pengurus santri putri, tapi statusnya sebagai istri di sini lebih tinggi dari mengambang tanggung jawabnya itu sendiri, lebih baik menghomati dan menghargai Gus Fatah sebagai suami dengan berpamitan sebelum pergi daripada berbuat sesuatu yang ujung-ujungnya hanya akan membuat perasaannya tak tenang.

Liana melirik jam, sudah hampir setengah jam sejak jamaah salat maghrib bubar, tapi masih saja Gus Fatah tak menampakkan diri. Ia khawatir, ingin menghubungi suaminya, namun dia belum mempunyai handphone. Ingin pergi mencarinya langsung, tapi nantinya pasti Gus Fatah takakan menyukai hal tersebut.

"Albee ke mana sih?" lirihnya risau.

~~~

Tiba waktu isya, Gus Fatah yang tadinya berada di rumah Pak Danu langsung bergegas ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah lagi. Setelah isya nanti, sepertinya Gus Fatah tak akan ada alasan lagi untuk terus menghindari Liana, karena ia harus pulang ke ndalem untuk mengambil kitabnya sebab setelah Isya dia selalu ada jam mengajar kelas Alfiyah.

Dan nyatanya dugaannya itu benar, ia harus pulang ke ndalem lagi setelah jama'ah Isya selesai. Seperti saat ini ia tengah berjalan pulang dengan langkah pelan, tapi tentu saja sepelan apapun langkahnya itu, ia akan tetap sampai juga ke tempat tujuan.

"Assalamualaikum," salamnya lirih saat masuk ke dalam rumah. Ia menoleh kanan kiri memeriksa apakah ada orang yang ia hindari ada atau tidak di sana.

"Huuh, tidak ada di sini," ia menghela napas lega sebelum berganti khawatir lagi karena tujuannya kali ini adalah pergi menuju kamarnya yang pastinya akan ada istrinya di sana.

Saat tangannya baru saja akan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Liana membukanya terlebih dahulu dengan wajah khawatir.

"Albee?! Albee dari mana?" tanya Liana yang tadi mendengar derap langkah seseorang dari luar kamar yang tentu saja itu milik suaminya, karena yang tinggal di rumah ini saja hanya ia dan pria itu.

"Eh?" Gus Fatah memberikan reaksi sedikit terkejut akan apa yang tadi istrinya lakukan itu.

"Ih Albee dari mana? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya Liana lagi sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Gus Fatah tersenyum kaku seraya menatap tangan Liana beberapa saat sebelum ia sentuh. Mendadak canggung sekali rasanya. "Rumah Pak Danu," jawabnya lalu segera melepas tangannya itu dan berjalan menuju ke rak kitab.

"Sekarang Albee mau pergi ke mana lagi?" Liana berjalan mengikuti Gus Fatah.

"Madrasah," jawab Gus Fatah singkat, padat, jelas lalu segera melenggang pergi lagi.

Liana menghentikan langkah kakinya dengan kepala yang menoleh seiring langkah Gus Fatah yang keluar dari kamar.

"Albee kenapa?" tanyanya pada diri sendiri dengan dahi yang sudah terlipat.













===

19 April 2021

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now