Part 36🌻

16.9K 1.3K 222
                                    

Akhirnya aku bisa pulang, dan melihatmu secara bebas kembali.

-Albar Fatahillah

===

Setelah tadi Liana merasa sangat senang karena kabar kehamilannya, tiba-tiba moodnya langsung turun drastis begitu saja. Dan ia memilih mengurung diri dalam kamar sambil menghabiskan waktu dengan memperhatikan test pack yang dipegangnya menggunakan tangan kanan.

Entahlah, mengingat Gus Fatah tak kunjung merespons pesannya membuatnya tak lagi bisa berekspresi semangat.

"Pesanku nyebelin banget ya Bee, sampe-sampe cuma dibaca doang?" lirih Liana sambil bersandar ke punggung ranjangnya.

Ia lalu menundukkan pandangannya ke arah perutnya. "Ternyata aku nggak bisa berjauhan terlalu lama dengan Albee. Kuharap kau cepat pulang, aku sungguh merindukanmu," lirih Liana sambil tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangan dari perutnya yang masih rata namun sudah terdapat kehidupan di dalam sana.

"Jauh tanpa dirimu membuat napas ini berhembus tak semestinya lagi, datang dan duduklah di sampingku untuk selamanya," akhirnya ia mengalihkan pandangannya untuk menatap tempat biasanya Gus Fatah tidur.

"Kau cinta yang hidup dalam hatiku, waktu demi waktu berjalan tak seperti biasa jika tak ada Engkau di sisiku," mata Liana mulai berkaca-kaca.

Sungguh, dia tak menyangka akan merindukan suaminya padahal hanya beberapa hari saja mereka berpisah. Tapi walau begitu tetap saja mampu membuat Liana tak bersemangat. Badannya menjadi lelah ketika rindu yang di jiwa menyerang kekuatan dan pertahanan seluruh tubuhnya. Ia tak lagi mampu berbuat banyak hal untuk saat ini.

"Pulang dan dekaplah aku," lirihnya lagi sambil memejamkan mata secara perlahan, karena jujur, untuk membuka mata saja itu terasa berat.

Bagaimana Liana bisa hidup nyaman dan senang lagi saat suaminya saja tak kunjung kembali pulang, maupun mengabarinya. Kabar tentang buah hati yang beberapa bulan lagi akan hadir dalam hidupnya, tetap tak bisa membuat perasaanya menjadi bahagia.

"Kalo besok anak Ummi lahir, Albee mau manggil apa?" ucap Liana yang telah mempersiapkan pertanyaan itu untuk Gus Fatah ketika pria itu telah pulang nanti.

~~~

Sebelum berangkat pulang ke rumah Jumat pagi ini, Gus Fatah menyempatkan terlebih dahulu membuka pesannya yang masih saja tak kunjung mendapat balasan dari istrinya, walau pesan itu sudah ceklis 2 abu-abu.

"Dinda sibuk banget ya?" Ia tersenyum tipis sambil menelan salivanya susah payah, karena akan melanjutkan ucapannya. "Buruan balas Nda, tak lama lagi aku pulang,"

"Pulang selamanya dan takkan kembali ke sini lagi. Aku tak mau kamu menyesalinya, tapi, satu hal yang harus kamu tahu, aku sangat merindukanmu dan mengharapkan perjumpaan untuk kedua kalinya,"

Gus Fatah mengusap pipinya yang basah sebab kejatuhan tetesan air wudhu dari rambutnya. Ia pun lalu balik badan untuk berjalan menuju kursi pengemudi.

"Biar Amru saja yang nyetir, Tah," suruh Abah yang baru saja akan membuka pintu mobil.

"Iya, Abah." Patuh Gus Fatah  mengangguk pelan sambil tersenyum tipis lalu meraih tangan Abahnya untuk ia cium.

Abahnya tanpa ekspresi mengelus pelan rambutnya lalu masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di jok samping pengemudi.

Gus Fatah menoleh ke belakang, di mana ia dapat melihat Holif sedang menggendong adiknya, dan juga melihat umminya sedang bersalaman dengan keluarga Buleknya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now