Part 10🌻

30.4K 2.4K 51
                                    

===

"Mbak Liana?" Cengo Sahal sembari menegakan tubuhnya.

Entah mendapat dorongan dari mana, Sahal tiba-tiba berdiri untuk berjalan mendekati wanita yang tengah menatapnya. Matanya mengincim bersamaan dengan kaki yang terus menganyun ke arah ndalem Gus Fatah.

Beberapa saat kemudian senyumnya merekah terbit dari bibir Sahal ketika wanita yang dilihat itu benar lah Liana orangnya.

"Mbak Liana!" panggil Sahal sangat bersemangat.

"Eh Sahal?" cengo Liana dengan wajah kaget tak percaya sebab setelah sekian lama mereka tak bertemu, pada akhirnya malah bertemu di pondok Gus Fatah yang berstatus suaminya.

"Ih, Mbak Liana, itu beneran kamu?" tanya Sahla sebagai kepastian jika wanita itu adalah teman masa kecilnya.

Liana mengangguk beberapa kali sebab sangat antusias. "Sahaal, assalamualaikum, gimana kabarmu?" tanyanya seraya berdiri di tempat dengan tangan yang menangkup.

"Wa'alaikumussalam, Mbak. Sehat, bugar, waras Alhamdulillah. Mbak Liana-nya sendiri gimana kabarnya?" tanya balik Sahal yang terus berjalan mendekati Liana dengan tangan yang tak lupa di tangkup juga.

"Alhamdulillah sehat, eh kok kamu bisa sampai sini, Hal?"

"Eum, itu Mbak, aku jenguk teman aja. Ya mumpung masih di Jatim. Eh tapi kok mbak Liana sendiri bisa sampai sini? Bukannya mondoknya di Jawa tengah ya?"

Kebetulan juga tahun ini, tepatnya seminggu yang Lalu Sahal telah boyong dari pondoknya setelah sejak 6 tahun lalu pria itu belajar ilmu agama di pulau seberang ini. Rencananya setelah bersilaturahmi dengan teman sekolahnya dulu yang masih mondok di sini, ia akan pulang ke Lampung untuk menyalurkan pengetahuan dan ilmu yang dia dapatkan dari belajarnya di pondoknya dulu kepada santri yang ada di pondoknya Liana.

"Aku kan udah nikah," jawab Liana cengengesan.

"Oalah, Gus Fatah itu suami Mbak Liana tah?" tanya Sahal dengan rada tak percaya.

Liana mengangguk beberapa kali.

"Baru tahu aku," sambung Sahal seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Makanya waktu hari ijabku kamu pulang," cibir Liana.

Sahal membalasnya dengan kekehan ringan. "Aku nggak ada yang beri kabar loh, Mbak. Ibuku aja nggak ngasih informasi kalo Mbaknya mau nikah. Makanya kasih pengumuman dulu dong, biar aku pulang ke Lampung-nya lebih awal," jelas Sahal prihal ketidakhadirannya di ijabnya Liana yang terbilang sangat tertutup, sangat, sangat. Mungkin dikarenakan saking mendadaknya.

"Anu niki kebetulan kulo juga ajeng wangsul teng Lampung, ajeng tumut mboten?" Sambung Sahal bertanya tanpa keseriusan. "kebetulan habis ini aku mau pulang ke Lampung, mbaknya mau ikut nggak?"

Liana mendengus pelan. Aneh-aneh saja Sahal ini, pikirnya yang jika sekarang ini dirinya tidak memiliki status dengan Gus Fatah, siapa juga yang tak ingin balik kampung halaman.

"Ngomong-ngomong, Gus Fatah di mana, Mbak?" tanya Sahal yang tak mendapati suami teman masa kecilnya itu ada di sana.

"Masih di ru— ih itu dia orangnya, panjang umur banget baru dibicarain malah langsung muncul," ucap Liana tatkala melihat suaminya tiba-tiba datang dengan motor yang dikendarai cukup pelan

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now