Part 26🌻

14.5K 1.3K 34
                                    

Tundukan pandanganmu dari melihat wanita, karena matanya saja jauh lebih melesat tajam dari anak panah yang dilepaskan dari busurnya.
Gusmu Imamku

===

"Euep," Liana spontan menutup mulut ketika tiba-tiba perutnya seperti diaduk-aduk yang membuatnya sangat mual disaat ia masih sibuk dengan mesin cuci yang baru saja berputar.

"Euep," saat sudah tidak tahan lagi untuk menahan rasa mual ini, ia memutar badannya ke belakang untuk menunduk tepat di atas wastafel.

"Hoek," mulutnya yang baru saja ia buka langsung memuntahkan banyak cairan dari perutnya.

Hoek ... hoek ... hoek ....

Tubuhnya tentu saja seketika lemas tak berdaya karena hal itu. Liana pun lalu pergi ke dapur untuk mengambil air hangat dengan tubuh yang diusahakan tetap tegak.

"Ya Allaaah." Liana memijat pelan kepalanya seraya berjalan pelan kembali ke tempat tadi untuk melanjutkan mencuci pakaian.

Liana masih kuat.

===

Seminggu kemudian.

"Euep,"

Selalu datang dengan rasa tak tertahankan.

Entahlah, sejak pagi hari itu ketika ia merasa mual untuk pertama kalinya sejak masuk ke dalam rumah tangga ini, setiap paginya sampai hari ini terhitung telah 6 hari kemudian, ia selalu mengalami mual, mual, dan mual.

Bahkan tak jarang Liana suka muntah-muntah sendiri mendekati maghrib, seperti saat ini.

Liana yang tadi kembali merasa mual langsung berlari ke kamar mandi, takut jika ia tetap bertahan di ranjang, ia akan muntah di sana.

Ketika sampai di kamar mandi, karena tadi perutnya benar-benar ingin mengeluarkan semua muatannya, sekarang ini hal itu hanya lah keinginan semata, karena nyatanya yang keluar hanyalah air liur saja.

"Ya Allah." Liana menelan ludahnya sambil mendongak ke cermin wastafel untuk melihat wajahnya yang kembali pucat.

Ia sangat terlihat tak baik-baik saja saat ini, hanya saja keadaan ketika dirinya tengah lemah seperti ini jarang Gus Fatah ketahui, karena untungnya selama ini ketika tengah kedatangan hal seperti ini, Gus Fatah selalu sibuk dengan aktivitasnya di dalam pondok atau luar, seperti saat ini.

Liana menarik napas panjang-panjang sambil mengusap mulutnya dengan tangan setelah ia berkumur, ia pun lalu memilih pergi ke ranjangnya kembali untuk membaringkan tubuhnya sembari menunggu adzan maghrib, juga sembari menunggu suaminya yang sedang menservis mobil sejak beberapa jam lalu untuk digunakan esok tatkala ziarah walisongo.

Sebenarnya malam ini adalah waktunya Gus Fatah beruwah. Hanya saja Liana tak kuat lagi untuk pergi ke dapur guna memasak, karena berdiri lama-lama saja serasa ingin pingsan di tempat.

Dan sejak kepergian Gus Fatah tadi sampai saat ini, dia hanya akan beranjak dari ranjang ketika sedang muntah ataupun ketika nanti datangnya waktu shalat. Tapi, syukur alhamdulillah, sebelum Gus Fatah pergi, pria itu sempat mengatakan akan membeli makanan diluar untuk dibuat buka ketika telah sampai di rumah.

"Ya Allah ... Ya Allah ...." lirih Liana sembari memejamkan mata untuk menikmati rasa pening dalam iringan tasbih yang ia lantunkan setelah berbaring.

~~~

Sementara itu, saat ini Gus Fatah yang beberapa menit lalu selesai menservis mobil, telah pindah tempat menuju ke rumah makannya untuk membeli makanan yang akan dimakan bersama istrinya nanti sebagai penutup puasa bilaruhi-nya.

Gusmu Imamku √Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt