Part 43🌻

19K 1K 35
                                    

Terima kasih Ya Allah, karena Engkau menggerakan hatinya menerimaku, dan juga menjadikan wanita yang bersamaku saat ini begitu lapang dada.
—Muhammad Amru

===

"Gus, Gus Amru udah makan belum?" tanya Holif pada Gus Amru yang tumben tengah ngopi di ruang keluarga pada pukul 10 malam setelah beberapa saat lalu pria itu selesai mengajar ngaji.

Gus Amru menggeleng sambil menyeruput air terakhir yang berada di gelas kopinya.

Holif yang mendapat jawaban seperti itu bersiap berdiri sembari melontarkan pertanyaan. "Holif ambilkan ya?" tawarnya sebagai istri yang selalu ingin menyenangkan hati suaminya.

"Nggak usah," tolak Gus Amru.

Holif yang seharusnya paham jika Gus Amru sedikit anti tentang segala akan dirinya membulatkan mulut lalu duduk kembali sembari mengangguk. Ia yang tiba-tiba teringat akan percakapannya dengan Ning Liana tadi sore memilih menyampaikan hal itu pada saat ini kepada Gus Amru.

"Oh ya Gus, tadi sore udah Holif tanyakan sama Ning Liana, kata Beliau mau dipikirkan terlebih dulu," ucapnya memberitahu.

Gus Amru yang alasan sebenarnya berada di ruangan ini padahal biasanya ia akan langsung masuk ke kamar setelah ngaji adalah, hanya karena menunggu Holif mengatakan hasil pertemuannya dengan Ning Liana yang akhirnya perempuan itu informasikan padanya.

Dengan hati senang tapi sulit wajah Gus Amru ekspresikan, ia menoleh ke arah istrinya yang tanpa pamrih mau selalu membantunya termasuk dalam hal seperti ini. "Makasih." balasnya sambil berdiri lalu melenggang pergi menuju dapur untuk meletakan gelas kopinya sebelum ke kamarnya untuk tidur karena besok ia akan beraktifitas kembali, terlebih malam ini adalah malam jumat.

"Heheh, sama-sama Gus." ucap Holif yang wajahnya terlihat senang, karena ia pikir berduanya tadi di ruangan ini dengan sedikit obrolan bersama Gus Amru sudah membuktikan bahwa hubungan rumah tangga mereka mulai terasa normal seperti yang biasanya ia lihat dari orangtuanya.

Tidak lah mengapa bagi hati Holif walau alasan dari semua itu adalah Ning Liana, sebab ini sudah lebih baik, dan mungkin ketika Ning Liana benar-benar bisa menjadi temannya dalam rumah tangga, Gus Amru akan lebih menganggap kehadirannya karena pria itu malu kepada Ning Liana jika terlihat sering mengabaikannya.

~~~

Di dalam kamarnya, Gus Amru membanting tubuhnya ke ranjang sembari bergumam. "Ya Allah, hanya Engkau yang tahu betul akan apa yang ada dihati Hamba," Ia pun menoleh ke samping kiri dengan rasa hampa.

 "Hamba susah untuk jatuh cinta dengan Mbak Holif, Ya Allah. Juga, sebenarnya dulu hanya ada niatan sekali menikah saja dalam hidup. Tapi Hamba malah bertemu Ning Liana. Manusia berencana, tapi Engkau yang menentukan. Hamba tiba-tiba mempunyai rasa pada dia."

Gus Amru mengingat kali pertama ia bertemu dengan Ning Liana di ndalem Abahnya.

"Cara terbaik bagi orang jatuh cinta selain menikah apa lagi, Ya Allah?" Gus Amru menghela napas panjang, kalut dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya hanya untuk menikahi Ning Liana saja ia harus meminta izin ke banyak orang dari keluarganya sendiri, keluarga Holif, dan yang pasti keluarga Ning Liana.

Gus Amru kembali menegakkan badannya dengan cara duduk. "Ya Allah, Hamba meminta ridha-Mu atas apa yang akan terjadi selanjutnya." ucapnya bermunajat di luar waktu shalat.

Gusmu Imamku √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang