Part 35🌻

16.1K 1.2K 59
                                    

Sulit dijelaskan bagaimana rasanya memiliki perasaan pada wanita yang untuk mendoakanya saja aku tak berani karena tiada hak.

-Muhammad Amru

===

Di depan mushala, tepatnya di tangga kecil jalan yang harus dilalui saat akan memasuki tempat mulia itu, Gus Fatah duduk membisu sambil melakukan tarian tangan di atas layar ponsel yang ia baru saja menyelesaikan pendaftaran diri menjadi anggota WhatsApp kembali setelah berhasil meregistrasi kartu.

Tangannya menari lincah mencari kontak Liana yang ia namai Istriku. Setelah menemukan apa yang ia cari barusan, Gus Fatah menimang-nimang terlebih dahulu apakah bagus jika ia menyapa Liana malam ini? Ini sudah jam 2 dini hari, bukan kah ini waktu di mana Liana seharusnya sudah terlelap masuk ke alam mimpi?

Sembari menimang-nimang keputusan yang akan ia buat itu, Gus Fatah menekan photo profile Istriku yang di sana terdapat photo sebuah pantai yang letaknya tak jauh dari pondok tempat Liana mengaji dulu. Seingatnya, Liana itu tak terlali suka mengupload photo, kalaupun mengupload photo pribadi tak lama kemudian langsung hilang begitu saja dari sosial media karena tentu dihapus sendiri oleh pemiliknya.

Tapi walaupun begitu, wanita itu malah sangat sering selfie saat sedang di rumah. Gayanya pun itu-itu saja. Gaya yang di mana Liana menopang dagu tanpa tersenyum saat menghadap kamera, kalaupun tersenyum pasti wanita itu hanya menarik sedikit kedua ujung bibirnya.

"Kamu apa kabar, Nda? Kangen aku kan?" Gus Fatah masuk ke pengaturan WhatsApp untuk mengganti wallpaper bawaan yang berwarna cream menjadi photo Liana yang ia ambil diam-diam pada saat Liana sedang menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah.

"Kalo aku ... aku mah jelas kangen kamu, banget. Makanya aku putusin aja buat chat kamu malam ini, supaya dapat notifikasi darimu esok pagi." lirih Gus Fatah setelah memutuskan untuk menghubungi Liana saja.

Anda:
Assalamualaikum, Ndaku

Anda:
Apa kabar?

Anda:
Semoga baik-baik saja ya, kayak keadaanku sekarang ini. Keadaanku baik-baik kok hanya saja hatiku selalu nyeri karena sering merindukanmu.

Anda
Ketemuan yuk Nda! Nggak kuat akutuh kalo jauhan sama kamu terus. Asli Nda, kamu tuh candu😩

Anda
Nda, I love you 'cause Allah for now and forever 🙂🙂🙂

Sesudah mengirim pesan panjang itu. Gus Fatah tersenyum tipis sambil mematikan ponselnya setelah menutup aplikasi yang baru saja ia gunakan. Ia berdiri dari duduknya lalu melangkah pergi menuju rumah bulek Rahma. Sesampainya di rumah buleknya, Gus Fatah melihat adiknya tengah bersiap-siap tidur dengan menggelar karpet di depan ruang tv.

"Adit mana, Am?" tanya Gus Fatah yang membuat Gus Amru tersentak kaget lalu mengelus dada dengan ritme pelan.

"Udah tidur kayaknya," jawab Gus Amru tanpa mau mengomeli Mamasnya, karena nanti dia keluar dari kodratnya sebagai pria yang malah banyak protes dan juga nanti bakalan terlihat sangat tidak sopan.

"Mas tadi aku di dawuhi Abah kalo besok siang kita udah sampai rumah." ucap Gus Amru.

Wajah Gus Fatah tentu langsung berbinar senang sambil mengangguk paham, lalu segera ia berjalan mendekati adiknya untuk mengistirahatkan badannya di atas tikar yang sama.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now