Part 15🌻

30.5K 2K 57
                                    

Harapan indah baru saja tiba yang membuat hatiku melambung tinggi keluar angkasa, tapi nyatanya kenyataan pahit malah membantingku tiba-tiba ke inti bumi terdalam. -Gus Amru.

===

Liana beranjak dari sajadah setelah menyelesaikan shalat magribnya yang ia lakukan secara sendirian di dalam kamar lama suaminya ini. Dan sembari menunggu Gus Fatah kembali dari masjid, ia berencana akan sedikit mengotak-atik ponsel baru tadi selesainya melipat mukena yang tengah ia lepaskan dari kepalanya. Tapi, ternyata seruan mendadak Ummi Mertuanya dari luar pintu, membuatnya harus melupakan sejenak rencananya itu.

"Liana! Nduk Liana! Keluar sini, Nduk!" panggil Ummi Juwariyah dari ruang keluarga yang letaknya hanya beberapa langkah dari kamar ini.

Mendapatkan panggilan itu buru-buru Liana memasukan mukena ke dalam tas khususnya tersendiri, lalu segera mengenakan jilbabnya. Setelah dirasa aurat kepalanya telah tertutup rapat, ia bergegas keluar memenuhi panggilan Ummi mertuanya.

"Dalem, Mi," balas Liana sambil berjalan perlahan dengan posisi membungkuk mendekati Ummi Juwariyah yang duduk di dekat Nafis yang tengah makan pempek.

"Sini, makam pempek dulu," Ummi Juwariyah mendorong mangkuk berisikan makanan khas Palembang yang sekarang ada di depannya itu ke arah Liana yang telah duduk di sampingnya.

"Enjeh, Ummi," Liana mengangguk malu-malu sungkan.

"Buruan dimakan Mbak Lianaa, ini tuh beneran enak banget." ucap Nafis yang makannya sangat lahap, entah karena suka, atau karena lapar. Liana tak tahu.

"Enggal Nduk," timpal Ummi Juwariyah yang akhirnya membuat Liana mulai menyendokan makanan berkuah itu dengan rada malu-malu.

"Ini tuh oleh-olehnya Amru, orangnya baru pulang dari Palembang soalnya." sambungnya yang memang adiknya Gus Fatah satu ini sering jalan-jalan keluar kota untuk bersilaturahmi sekaligus menambah pengalaman mumpung masih muda.

Ngomong-ngomong, Gus Amru adalah anak keempat Ummi Juwariyah yang mempunyai anak secara keseluruhan berjumlah 5 orang. Gus tertua saat ini tengah mengurusi pondok cabang Al-Malik di luar Jawa Timur, gus kedua membantu Abah mengurus santri pondok ini, gus ketiga yang tak lain Gus Fatah lah orangnya seperti yang kalian ketahui jika dia juga mengurus pondok cabang Al-Malik, Gus Amru atau anak cowok terakhir di Bani Hamdani ini lebih asik menjalankan kesukaannya yang sering keluar kota bersama teman-temannya yang juga banyak dari kalangan anak kyai dan santri. Sementara Ning Nafis, sang bocah yang belum dewasa itu lebih asik dengan dunianya sendiri layaknya anak kecil pada umumnya.

"Ya Allaaah, capek banget badan Amru Mik, kayak habis kerja rodi," keluh pria berumur 25 tahun yang baru saja muncul dari ruang tamu seraya menggeliat.

Ummi Juwariyah terkekeh pelan menanggapi anaknya. "Ya udah, duduk sini."

Pria tadi yang tak lain dan tak bukan Gus Amru lah orangnya, tersentak kaget sekaligus terpana mendapati wanita asing berwajah ayu di dekat Umminya. Ia baru sadar jika di sana ada wanita lain selain mahramnya karena tadi saat menggeliat matanya ia pejamkan.

Ia masih saja terpana tanpa mengedipkan mata dengan batin yang berkata, ini Ya Allah, yang ini saja.

Plak.

"Duduk, Am," ucap Gus Fatah yang mengepalak pelan pundak adiknya.

"Ya Allah Mas, malah ngagetin loh sampean ni," ngageti malahan loh sampean ki," Gus Amru tersentak sambil memegangi dadanya yang berpacu cepat seakan dirinya baru saja diciduk.

Gusmu Imamku √जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें