Part 08🌻

35K 3.4K 41
                                    

Hinaan dan caci makimu, takkan mengurangi derajat seorang manusia dimata Tuhan, sebab amallah penentunya.
-Gusmu Imamku

===

Setelah kembali dari asrama C tadi, Liana langsung pergi menuju asrama A yang para santrinya tengah mengaji Al-Quran dan Albarjanzi bagi yang masih haid, dengan dibimbing oleh beberapa mbak pengurus dan ustadzah di dalam ruangan yang luas.

"Assalamualaikum," seorang mbak santri tiba-tiba menghampiri Liana yang baru saja akan melihat-lihat bagaimana metode para mbak pengurus tadi saat membimbing santri baru, membaca Quran.

Mbak santri yang diketahui memiliki nama Umi Aminah itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan perempuan di depannya. Ia bisa menghampiri dan memberikan salamnya tadi karena ingin menanyakan siapa gerangan sang pendatang ini, apakah seoarang wali santri? Atau malah santri baru? Umi Aminah akan mengetahui jawabannya setelah ia menanyakannya nanti.

"Wa'alaikumussalam," jawab Liana atas salam tadi seraya membalas uluran tangan santri di samping kiri.

"Permisi Mbak, Mbaknya itu siapa ya?" tanya Umi Aminah dengan sangat sopan menurut versinya

"Saya ... Liana Al-Matin, istrinya Gus Fatah," jawab Liana tak kalah sopan sembari memberikan senyumnya.

"Ning? Maaf ya, maaf, nggak tahu saya," timpal Umi Aminah malu.

"Nggak papa, Mbak. Ituu ketua pengurus asramanya mana ya?" tanya Liana yang membuat Umi Aminah diam-diam lirik kanan kiri mencari ketua pengurus yang sangat-sangat tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya.

"Saya panggil dulu ya Ning orangnya, masih main ke asrama lain kayaknya," jawab Umi Aminah dan bersiap pergi mencari ketua pengurus asrama ini. Tapi, belum juga dia melangkah, Liana terlebih dahulu memintanya untuk mengumpulkan para santri Asrama ini saja.

"Oh iya Ning, iya." Umi Aminah setelah mendapat perintah itu langsung segera mengumpulkan semua santri Asrama A dari yang baru saja akan tidur di kamar, karena selesai ngaji duluan dari yang lain, ada beberapa kelompok yang masih mengaji, ada yang masih membaca albarzanji, semua Umi Aminah kumpulan di satu ruangan yang sama.

Sejenak, untuk menunggu semua santri suaminya berkumpul, Liana pergi ke teras guna merasakan angin surga {angin sejuk.}

Tak membutuhkan waktu lama, Umi Aminah telah berhasil mengumpulkan semua santri yang ada di asrama A, perempuan itu mengatakan kepada mbak pengurus yang masih mengajar ngaji Quran dan albarjanzi dengan alasan mendapat perintah dari istri Gus Fatah untuk menyuruh mereka berkumpul menjadi satu, begitu pula yang ia katakan kepada mbak-mbak yang telah kembali ke kamar masing-masing sejak beberapa menit lalu.

Umi Aminah lalu menghampiri Ningnya yang tengah berdiri di teras asrama untuk memberitahukan jika mbak-mbak sudah pada berkumpul. Tapi disaat itu juga desas-desus mulai terucap oleh beberapa santriwati.

"Mbak-mbak, emang bener ya kalo istrinya Gus Fatah udah di sini?" tanya Ainun salah satu santri lawas pindahan dari pondok Al-Malik.

"Nggak tau, tapi sih kayaknya iya. Masak ya Umi Aminah mau membohongi orang-orang sebanyak ini sih," balas Diana yang memanggil Umi Aminah dengan nama panjangnya karena di asrama putri ini terlalu banyak perempuan yang mempunyai nama Umi.

Salah satunya ....

"Gus Fatah mau nambah istri lagi nggak ya? Biar istrinya ada temen ngobrol," tanya Umi, Umi Masruroh seorang santri baru yang dari awal mondok kelakuannya sangatlah buruk.

"Jaga mulutmu, diam!" perintah Diana sambil melotot ke arah Umi Masruroh.

"Heheh, iya-ya aku di—"

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now