Part 39🌻

17.6K 1.2K 162
                                    

Dan kesedihan nyata yang terlihat pada matamu tak lagi bisa membuatku berpikir untuk berkata jujur padamu itu menyenangkan.

-Muhammad Amru

===

Liana melangkah keluar dari kamarnya bersama Holif untuk pergi ke dapur. Langkahnya terlihat dan terasa begitu lemah tak berdaya, namun ia tetap memilih untuk pergi karena harus mengisi perutnya. Ia tak lapar, tapi jika ia mengabaikan perutnya dalam keadaan kosong, terlalu tak baik untuk janinnya.

Di waktu bersamaan itu, Liana berpapasan dengan Gus Amru yang terlihat sibuk menggotong karpet bersama Khaliq dan beberapa kakang santri untuk dibawa ke latar ndalem yang sudah terpasang banyak tarup untuk digunakan sebagai atap dan karpetnya untuk alas duduk para jamaah yasinan yang bakalan ngumpul sehabis shalat isya nanti.

"Mau makan pakai apa, Ning?" tanya Holif tatkala mereka sudah sampai di dapur.

"Terserah lah, Mbak," jawab Liana dengan suara lemah sambil menoleh ke kerumunan ibu-ibu dan beberapa mbak santri yang sedang menata makanan di dalam bungkusan berkat.

"Pakai sayur bihun sama lele goreng ya, Ning?" tanya Holif lagi tatkala menu yang ada di meja tepat di depan mereka kali ini yang menurutnya paling enak cuma 2 menu itu.

Liana hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang ada di dekatnya. Sementara itu, Holif langsung mengambilkan makanan memakai menu tadi setelah memberikan senyum tipis pada Ningnya yang saat ini telah berstatus sebagai janda.

"Yang sabar ya, Nduk," seorang wanita tua tiba-tiba datang dan menepuk pelan pundak Liana.

Liana berusaha tersenyum sambil mengangguk. "Enjeh, Ibu."

Hanya terjadi percakapan sesingkat itu saja, lalu wanita tua tadi melenggang pergi.

Liana mengunci pandangannya pada salah satu menu diatas meja. "Makanan itu bakalan enak banget kalo dimakan bersamamu, Bee," lirihnya berusaha menguatkan diri sendiri yang merasa kesepian di tengah-tengah keramaian.

"Maaf ya Bee, aku salah, maaf banget karena nggak buru-buru baca pesan yang Albee kirim," Liana menjeda sejenak ucapannya, sebelum dilanjut kembali setelah menundukan pandangannya ke arah sarung yang ia pakai. "Aku bodoh banget karena udah berprasangka buruk sama Albee. Juga bodoh karena mengirim banyak pesan ke nomor orang lain."

~~~

Saat Holif sedang mangambilkan nasi di tempat yang agak jauhan posisinya dari Ningnya, datanglah secara tiba-tiba seorang pria yang dia sukai diam-diam lagi rapat, lalu menyapanya dari jarak yang tak begitu jauh.

"Mbak," panggil Gus Amru dengan suara pelan.

Holif memutar tubuhnya dan langsung menemui Gus Amru yang menatapnya tanpa ekspresi. "D-dalem, Gus?" tanyanya sebagai balasan dari panggilan Gus Amru tadi.

"Ning ... Ning Liana udah makan?" tanya Gus Amru tanpa adanya sedikit pun beban pada ucapannya yang membuat Holif aslinya nyeri hati saat mendengarnya.

Tidak, Gus Amru tidaklah perhatian dengan mbak iparnya, ia hanya tengah khawatir dengan janin yang wanita itu kandung nanti akan bermasalah jika tak ada sedikit pum makanan yang masuk ke dalam perut.

"Ini lagi saya ambilin, Gus." jawab Holif datar, karena tiba-tiba ia menjadi badmood, berbeda seperti saat pertama kali Gus Amru memanggilnya yang membuat hatinya berdebar-debar  kencang.

Gus Amru mengangguk pelan lalu menoleh ke kanan kiri sebelum pergi meninggalkan dapur. Holif pun hanya bisa menghela napas panjang sambil menunduk dan mengangguk pelan.

Gusmu Imamku √Kde žijí příběhy. Začni objevovat