Part 13🌻

26.7K 2.5K 35
                                    

Ketika kamu berada dalam naungan rumah tangga bersama pria yang tepat, jadilah ratu mulai saat itu. -Gusmu Imamku

===

Dari balik tirai jendela ruangan samping yang bisa dibilang juga sebagai ruang keluarga, sebelum pergi ke asrama putri pagi ini, Liana mengintip beberapa santri putra yang tengah membersihkan sekitaran ndalemnya.

Ia mengangguk-angguk beberapa kali memuji dalam hati atas tindakan yang mereka lakukan. "Di sini belum ada abdi ndalem ya?" tanyanya pada diri sendiri karena setiap kali ia mengintip santri suaminya yang sedang bersih-bersih, wajah mereka selalu berbeda-beda setiap harinya.

"Mungkin iya, lagian kalo ngurus ndalem, in syaa Allah aku masih bisa sendirian," lirihnya sambil mengangguk sekali dan tersenyum tipis.

Liana pun lalu menyibakkan tirai tadi ke bentuk semula karena akan segera pergi menuju asrama putri. Tapi tentu saja sebelum pergi ia akan berpamitan terlebih dahulu pada suaminya yang tengah membaca Alquran sejak selesai jamaah subuh tadi sampai setengah tujuh ini, di mana saat ini matahari mulai menyinarkan cahayanya lagi kepada bagian bumi tempatnya menetap.

"Ah, udah selesai ternyata," gumam Liana saat suaminya baru saja menutup Al-Quran.

Gus Fatah tersenyum manis mendapati Liana berada tepat di depan matanya, walau jarak mereka tak begitu dekat.

"Udah dapat berapa juz, Nda?" tanya Gus Fatah yang lebih sering melihat istrinya mengaji sesudah Dzuhur daripada mengaji di waktu yang sama dengannya.

Tentunya Liana memilih waktu sesudah Dzuhur karena di pagi hari wanita itu akan menyibukkan diri dengan urusan rumah tangga, Gus Fatah juga sangat memaklumi hal itu.

"Eeum," Liana pura-pura mengingat berapa Juz yang telah dia dapatkan selama mengaji Alquran sejak memasuki bahtera rumah tangga ini seraya berjalan perlahan ke arah suaminya.

Bisa menebak apa yang akan istrinya lakukan setelah ini, Gus Fatah segera meletakan Alquran di atas nakas gantung yang dipasang tepat di dinding samping ranjangnya.

"Lima belas," sambung Liana seraya meraih secepat mungkin lengan Gus Fatah untuk ia peluk. "Albee?" tanyanya balik dengan kepala sedikit mendongak ke samping.

"Tadi ini baru aja khataman, sekarang mulai lagi udah sampai juz satu akhir," jawab Gus Fatah yang memang selalu mengkhatamkan Alquran setiap satu bulan sekali.

"Mau kagum, tapi yaa memang udah seharusnya kita ngajinya kudu banyak," ujar Liana sambil nyengir.

Gus Fatah mengedipkan sebelah matanya menanggapi ucapan istrinya.

"Ya udah salim dulu sini, mau ke asrama putri," ucap Liana seraya menyodorkan tangannya pada suaminya setelah ia melepaskan diri dari pria itu.

Gus Fatah menatap tangan Liana sejenak sebelum ia jabat, tapi tatkala Liana akan mencium punggung tangannya, Gus Fatah mengambil kesempatan pertama sebab sungguh telah ia berikan semua kasih dan cintanya akan sang hawa asing kepada wanita cantik di depannya sejak pandangan pertama.

"Eh Albee gak boleh, gak sopan," omel Liana yang menarik tangannya lalu ia sembunyikan di belakang punggungnya.

Gus Fatah tahu ini tidak biasa ketika seorang lelaki menunduk kepada wanita, tapi yang ia lakukan tadi hanyalah bentuk cinta yang ditunjukan dengan cara berbeda. Dan juga sebagai bentuk penghormatan pada Liana yang telah menjadi pasangan hidupnya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now