Part 29🌻

14K 1.3K 32
                                    

Aku ingin egois dengan menahanmu untuk selalu di sisiku. Tapi, percayalah, aku tak bisa melakukan itu.

Liana Al-Matin

===

Pagi harinya, karena badan belum terlalu sehat, Liana disuruh Gus Fatah untuk tetap berada di ranjang. Liana yang ingin memiliki aktivitas lantas memilih untuk membaca kitab kuning saja.

"Nda," panggil Gus Fatah yang baru keluar dari kamar mandi dengan wajah sangat segar dan wangi.

Liana menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya. Tapi, spontan ia mengernyit bingung sambil menoleh ke arah pintu saat ia mendengar suara deru motor dari latar depan ndalemnya. "Ada tamu ya, Bee?" tanyanya.

"Kayaknya yang datang Amru," Gus Fatah berjalan menuju lemari pakaiannya. "Subuh tadi nelpon katanya mau ambil mobil kita,"


"Kok ambil? Kan kita emang mau pergi ziarah bareng," bingung Liana yang semakin tak paham dengan apa yang telah di diskusikan suami dan adik iparnya ketika ia sakit.

Gus Fatah menggeleng pelan. "Kita kapan-kapan aja ya Nda ziarahnya. Kondisi kamu sekarang belum memungkinkan untuk pergi, nanti kalo di jalan tiba-tiba mabok parah sampai drop, gimana?" Gus Fatah mencoba memberi penjelasan agar Liana mengerti mengenai alasan mereka tak ikut serta ziarah nanti, sembari ia mengenakan pakaian.

Liana terdiam dengan mata meredup lalu tak lama setelah itu ia mengangguk pelan. "Kalo aku nggak mah nggak papa, kan waktu di pondok dulu juga udah sering pergi. Eumm, tapi kalo yang nggak berangkat Albee mah, itu yang masalah," ucapnya mengutarakan apa yang ia pikirkan selama diam beberapa saat tadi.

"Kenapa?"

"Kan nggak mungkin banget kalo Gus Amru nyentir mobil terus menerus tanpa istirahat. Di perjalanan dia nyetir sampai makam dia ziarah, kan apa nggak ambyar tuh badan dia,"

Gus Fatah terdiam memikirkan ucapan Liana yang ia pikir ada benarnya juga. "Terus gimana dong, Nda? Abah kan udah sepuh, jadi nggak mungkin juga buat nyetir mobil lagi kayak dulu,"

Walau umur Abahnya Gus Fatah telah menginjak 68, tapi badannya benar-benar masih fit layaknya pria berumur 50-an.

Liana mengangguk paham. "Ya udah deh pokoknya Albee ikut ziarah. Aku mah nggak papa kalo nggak ikut dan juga Albee tinggal sendirian. Lagian eum ... kondisi badan aku udah nggak separah tadi malam kok. Cuma tinggal nunggu peningnnya hilang."

"Assalamualaikum Mas, Mas Fatah!"

Tok ..., tok ..., tok ....

Suara salam dan ketukan pintu secara bersamaan yang bersumber dari pintu depan ulah Gus Amru terdengar di telinga Gus Fatah dan Liana.

"Albee samperin Gus Amru dulu gih!"

Gus Fatah menghela napas lalu mengangguk pelan sebelum pergi keluar dari kamarnya guna menghampiri adiknya. Padahal jika Liana tahu, Gus Fatah tak mau meninggalkannya sendirian di rumah.

Liana menatap punggung suaminya yang sebentar lagi akan menghilang dari balik pintu. Ia yang sangat bosan berada di ranjang sejak subuh tadi, mengikuti perginya sang suami. Tapi sebelum itu, ia harus mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now