Part 21🌻

18.1K 1.4K 27
                                    

KetetapanNya itu pasti, hanya saja waktunya masih dirahasiakan, tapi aku benar-benar tahu tak lama lagi orang terkasihku akan mengeluarkan air mata -Albar Fatahillah

===

"Ini lurus terus kan ya, Bee?" tanya Liana yang tengah mengemudikan motor secara hati-hati menuju sebuah tempat yang ia sendiri belum ketahui di mana lokasi tepatnya.

"Iya." jawab Gus Fatah sebagai penumpang yang duduknya menyamping layaknya perempuan sambil melingkarkan tangan kanannya ke perut istrinya dengan pelukan longgar karena hanya ia jadikan tempat pengganti handle yang biasanya para penumpang motor genggam erat saat dalam perjalanan.

Di bawah langit dunia yang tak begitu terik cuacanya pada siang ini, namun walau begitu tetap saja tidak banyak warga yang melakukan aktivitas sama halnya ketika tengah siang bolong hari-hari biasanya di jam segini, Gus Fatah pergi bersama istrinya menuju rumah Wahyu untuk menerima undangan pergantian nama baby kecil yang pria itu miliki sebagai adik bungsu di tempat tinggal orangtuanya.

"Belok kiri, Nda," ucap Gus Fatah memberi instruksi kepada istrinya sembari mengangkat tangan kirinya untuk di letakan ke pundak wanita itu.

"Bee, cukup tadi aja Albee ganggu waktu ngajiku, sekarang Albee jangan ganggu lagi. Berat tauk kalo tangan Albee di taro situ," ujar Liana yang memang dirinya tadi sebelum berakhir di atas motor ini sempat di desak Gus Fatah untuk pergi bersama, dengan alasan, Beliau malu untuk pergi sendirian.

Sudahlah, suka-suka Gus Fatah saja, lagian melayani suami pahalanya juga tak kalah besar sama hal dengan mengaji Al-quran.

Mengingat saat-saat tengah memaksa Liana untuk ikut serta dengannya tadi, membuat Gus Fatah terkekeh-kekeh sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Salah siapa kamu istriku, ya siap gak siap harus siap nggak berjauhan sama aku terus lah," ujarnya tak mau kalah sambil menurunkan tangan kirinya untuk diletakan di atas pahanya.

Liana memanyunkan bibirnya ketika mendapat balasan seperti itu. Tapi walau begitu, dalam hati, wanita itu merasa cukup senang dengan ucapan suaminya yang manisnya masih level standar. "Ish, ish, ish. Lagian kok bisa sih Albee nikahi aku? Gak ada cewek lain yang mau sama Albee ya? Sampe nikah aja waktu dah tua," sarkasnya yang hanya untuk menggoda.

"Kamu gimana sih, Ndaa? Kan kemarin itu aku lagi nungguin kamu besar dulu. 10 tahun lalu aja loh Dinda umurnya masih belum waktunya bisa diajak berumah tangga, masa ya aku tetap nekat nikah sama bocil sih, dikira pedofil ntar akunya sama orang-orang zaman sekarang," jelas Gus Fatah.

Arti dari perkataannya itu sendiri adalah, tidak peduli dia berumur tua ataupun muda, jika jodohnya saja sudah tertulis jelas dengan nama Liana Al-matin yang masih belum saatnya menikah, wanita mana pun itu tidak akan pernah bisa menjadi pengganti tulang rusuknya walau itu hanya untuk sebentar, karena pemegang aslinya saja belum saatnya dapat ditemukan untuk diajak hidup bersama dalam naungan hubungan yang diridhai Sang Allah, Pemilik Cinta.

Liana menahan senyumnya, namun tetap saja dapat terlihat secara jelas melalui spions. Gus Fatah menyukai pemandangan seperti itu, beliau candu dengan segalanya tentang istrinya. Rasa candunya itu sendiri sebenarnya adalah hal yang ia takuti. Ia takut karena rasa yang berlebihannya ini membuat Tuhannya cemburu dan berakhir memisahkan mereka, karena memang tak sepantasnya cinta Hamba kepada Hamba melebihi cinta yang harus Hamba rasa dan berikan kepada Allah dan Rasulnya.

"Eeum Nda, besok aku mau puasa amalan," ucap Gus Fatah yang sebenarnya sejak hari-hari lalu ingin segera puasa yang ia minta dari kyai pondoknya Liana dulu, tapi selalu lupa untuk memberitahukanya pada istrinya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now