Part 34🌻

14.4K 1.2K 50
                                    

Dan hanya untuk para kekasih saja aku bisa menjatuhkan rindu yang terasa  mendalam ini.

-Albar Fatahillah

===

"Ini istri kamu, Tah? Cantik juga ya. Pintar Abahmu milihin istri." tanya plus kagum anak perempuan dari Bibi Abahnya yamg sudah berumur 43 tahun sambil menujuk Holif yang membawa kantong plastik besar berisi makanan, setelah mereka saling sapa dan salaman.

"Enggeh."

"Eh ngawur, adik siapa sih ini?" Dengan bibir atas yang sedikit terangkat sampai memperlihatkan sedikit giginya, Gus Fatah mendorong pelan kepala Nafis ke depan, karena bocah cilik itu asal nyeplos saja.

"Adiknya njenengan kan, Mas." sahut Gus Amru sambil membenarkan tas selempengnya sambil tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya juga.

Nafis mendongak menatap Mamas ketiganya dengan kesal sambil mengusap-usap kepala yang disentuh Gus Fatah tadi. "Mamas jahat." lirihnya sambil berjalan cepat guna masuk ke dalam rumah untuk menjauhi 2 Mamas menyebalkannya itu.

"Bukan Bulek, dia santri yang ngaji di pondok saya. Kalo istri saya sendiri, dia di rumah." jawab Gus Fatah penuh kerinduan pada istrinya.

"Oalah ya udah kalo gitu, mbaknya kasih ke Amru aja." ujar Buleknya yang memiliki nama Rahma.

"Lah, nggak lah Bulek makasih. Saya udah ada calon sendiri." sahut Gus Amru walau belum ada hubungan yang mengikatnya dengan Ning Indah entah itu pertunangan. Ia tetap menolak usulan Buleknya yang terlalu merugikannya.

Orang sekelas Ning Indah saja yang bibit-bobotnya sudah sangat jelas baik, hatinya masih menolak, apalagi dengan gadis asing yang baru dia temui hari ini. Namanya saja ia tak tahu dan tak minat mengetahui juga.

Holif yang mendengarnya berbicara seperti itu hanya bisa membatin, mak tretep nyess ajur Lip Holip atimu, loro tenan pokok e. Durung berjuang wes ambyar duluan. Hahaha, syahdu tenan.

Holif menunduk galau dengan mata melihat kakinya yang hanya terbungkus kaos kaki beralaskan sandal jepit. Terlalu sakit untuk mendongak karena matanya telah berkaca-kaca karena ucapan gus Amru tadi.

"Masih calon aja lho. Ini loh mbaknya masyaAllah cantik banget, kasihan kalo cuma dianggurin." balas Bulek Rahma yang bisa-bisanya menjodoh-jodohkannya dengan gadis yang bahkan untuk Gus Amru lirik saja enggan.

Berbanding balik dengan Nafis yang sangat suka jika nantinya Holif bersama Gus Fatah.

Gus Amru menggeleng sambil tersenyum kaku dengan kaki berjalan pelan mengikuti Abah, Ummi, dan adiknya yang telah masuk duluan ke rumah, setelah ia membalas ucapan Buleknya.

"Insyaa Allah calon e kulo luweh ayu, Bulek." ucap Gus Amru asal-asalan, karena yang pasti ia tak mau jika di jodoh-jodohkan dengan perempuan itu.

~~~

Di dalam rumah, keluarga Gus Fatah dan keluarga bibi Abahnya berbincang-bincang santai sampai tiba saatnya abahnya meminta izin untuk pergi ke mushala guna mendirikan shalat Isya yang belum sempat rombongan Beliau laksanakan.

Mushallanya juga kebetulan sangat dekat jaraknya, tak sampai 200 langkah dari rumah tempat mereka berteduh. Yang pergi ke mushala pastinya semua orang yang ada dalam rombongan mobil Gus Fatah. Termasuk Holif, pastinya. Dan saat mereka semua sedang melaksanakan shalat, aura kekeluargaan terpancar jelas di sana.

Selesai shalat, Abah, Ummi, Gus Amru, Nafis, dan Holif kembali ke rumah tadi. Sementara itu, Gus Fatah memilih untuk tetap berdiam diri di mushala, karena ia sedang ingin menyampaikan ratusan untaian kata kepada Tuhannya tentang kebaikan dan kerinduan kepada istrinya melewati doa.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now