Part 37🌻

17.1K 1.4K 189
                                    

Selamat menempuh hidup baru, wahai pria terkasihku.

-Liana Almatin

===

"Ya Allah, Albee kapan pulangnya sih?" Liana celingukan dari kaca dalam rumahnya untuk memastikan apakah Gus Fatah telah berjalan pulang tapi tidak meninggalkan suara atau belum?

Liana menghela napas panjang sebab tak menemukan hasil. Ia pun lalu balik badan menuju kamarnya untuk ambil air wudhu karena jamaah jumatan telah pulang sambil ia merenggangkan badan yang terasa pegal.

"Entar kalo udah Albee pulang, pokoknya mau peluk erat-erat. Salah sendiri nggak balik-balik,"  ia menyambungnya dengan perasaan agak dongkol. "Ck, Albee kenapa nggak ikut pulang Gus Amru aja sih? Memangnya gak kangen aku, huh!?"

Dengan usaha agak berat, Liana menarik setiap ujung bibirnya ke atas karena ia sedang berusaha meyakinkan diri sendiri jika segalanya akan baik-baik saja. Dan nantinya juga ia bakalan bertemu suaminya lagi.

~~~

Sementara itu, Holif yang baru saja kembali dari koperasi setelah membeli es gelas karena tadi itu cuacanya sangat panas, tiba-tiba menghentikan langkahnya sebab mendadak hatinya resah akan suatu hal yang ia juga tak tahu apa itu. Ia pun kemudian mendongak menatap langit.

Saat ini yang Holif lihat dari langit adalah awan berwarna biru cerah. Namun, dari arah pondok pesantren Al-Malik ada awan mendung yang berjalan ke arah pondoknya.

Singkirkan perasaan dan pikiran negatifmu, Holip. Tenanglah, semuanya pasti akan baik-baik saja. Pikir Holif tanpa ekspresi.

"Ya Allah, Hamba mohon jagalah keluarga besar pondok ini dan pondok Abah Kyai." lirihnya saat masih mendongak, ia pun lalu menutup matanya sejenak sebelum menatap lurus jalan yang biasa dilalui ke ndalem.

Kakinya tanpa terasa terayun ke depan untuk pergi menuju ndalem, sebab Holif juga tidak tahu mengapa hari ini perasaannya terasa aneh, dan selalu ingin berada di samping Ningnya terus.

~~~

Gus Amru yang telah menyelesaikan ibadah shalat jumatnya sejak 10 menit lalu memilih duduk di serambi masjid bersama Khaliq, mereka hanya duduk saja dengan saling berhadap-hadapan tanpa berbicara satu sama lain sampai Khaliq tiba-tiba membuka mulut.

"Astagfirullahal'adzim Ya Allah,"

Gus Amru menatap santri Mamasnya dengan dahi mengernyit bingung, pasalnya jika hanya ingin bertasbih, tidaklah perlu kakang santri itu sampai mengeraskan suara dengan ekspresi terkejut.

Saat Gus Amru berniat buka mulut untuk bertanya alasan Khaliq mengucapkan kalimat mulia itu, kakang santri itu malah terlebih dahulu menyelanya.

"Gus, mau pulang kapan?" tanya Khaliq tapi langsung menyambungnya sebelum Gus Amru memberikan jawaban. "Jika Gusnya pulang, saya diajak sekalian ya?"pintanya sambil tersenyum lebar tapi malah terlihat seperti dipaksakan. 

"Kurang tahu. Memangnya kamu di sana mau ngapain?" tanya balik Gus Amru sambil mengalihkan pandangannya ke seorang pria berumur 16 tahun bernama panggilan Ahkam yang tengah berlarian dari asrama pondok Kakang menuju serambi.

Khaliq melipat sajadah lawasnya yang sudah sangat pudar warnanya namun selalu menjadi saksi sujudnya kepada Tuhannya, sembari menggeleng. "Ya cuma mau ikut aja. Sama mau silaturhami ke ndalem Abah," baru saja Khaliq menyelesaikan jawabannya, suara seruan Ahkam terasa bagaikan petir disiang bolong yang mengagetkan semua kakang yang masih stay di serambi.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now